Baca juga tulisan menarik lainnya
- Sekilas Sejarah Berdirinya Pesantren Al-Anwar.
Karangmangu adalah sebuah desa
di terpi utara Jawa Tengah bagian timur. Termasuk bagian dari kecamatan
Sarang kabupaten Rembang. Semula Karangmangu bernama Karangkembang,
pada masa itu mayoritas penduduknya bermata pencaharian sebagai petani
seperti kebanyakan penduduk jawa, sebagian lagi sebagai nelayan.
Penduduk tesebut merupakan campuran antara suku Jawa dan Madura yang
telah berasimilasi, oleh karena itu terdapat desa yang bernama Bajing jawa, Bajing madura,Sarang jawa dan Sarang madura.
Kala itu terjadi perpindahan
penduduk dari Sedayu Gersik ke Sarang karena mereka di kejar bangsa
Belanda akibat tidak mau bekerja samadengan bangsa kolonial itu, mereka
datang secara berkala dan berkelompok, para pendatang itulah yang
akhirnya membawa angin yang positif bagi warga Sarang. Mereka mulai
mengembangkan cara pencarian ikan yang semula dengan cara sederhana di
ganti dengan cara yang lebih maju, hingga pada akhirnya perekonomian
penduduk kian hari kian terangkat.
Penduduk Sarang setiap hari
Jum'at selalu pergi ke Masjid di desa Balitung, sebuah desa sebelah
barat Sarang sekitar 3,5 km untuk mengerjakan Sholat Jum'at. Hal ini di
karenakan tidak adanya Masjid di Sarang. Budaya ini berlanjut sampai
KH.Syua'ib yang wafat pada tahun 1358 H. Masjid Balitung merupakan
masjid pertama yang ada di Sarang dan sekitarnya' begitu juga Pondok
Pesantrennya. Disebut desa Balitung karena orang yang pertama kali
berdakwah di sana berasal dari desa Balitung sebuah desa yang berada di
Sumatra. Dan pada akhirnya da'i tersebut di kenal dengan sebutan Wali
Balitung.
Perkembangan Islam di Balitung
mencapai puncaknya pada masa Kiyai ‘Abdullah Sajad yang sangat di kenal
oleh penduduk setempat. Hanya saja sejarah kehidupannya tidak di
ketahui secara pasti. Suatu ketika KH. Ghozali bersama menantunya yakni
KH. Syua'ib menghadiri pemakaman salah satu pendudukl di sana,
tiba-tiba sa'at penggalian qubur ,penduduk di kejutkan dengan di
temukannya jasad mayat yang masih utuh seperti mayat yang baru saja di
quburkan, lalu KH.Zubair dahlan [ pada masanya ] menanyakan tentang
jasad mayat tersebut kepada Kyai Syua'ib. sedangkan beliau menyangka
bahwa itu adalah jasad Kyai ‘Abdullah Sajad, tetapi di jawab oleh KH.
Syua'ib setelah melakukan Istikhoroh memohon petunjuk kepada Allah, roh
Kyai Syua'ib bisa bertemu langsung dengan roh jasad tersebut, akhirnya
di ketahui bahwa jasad tersebut adalah jasad dari salah satu murid
Kyai Sajad.
Pondok Balitung merupakan awal
keberadaan Pondok Pesantren Sarang dan sekitarnya. Sebagai Masyayekhnya
yang terkenal kala itu adalah Kyai Hasan Mursyidin yang pernah menulis
tafsir jalalain .
Roda zamanpun berputar seiring
dengan kerasnya kehidupan nelayan, maka muncullah sosok yang menjadi
cikal bakal berdirinya pondok pesantren di Sarang yang besar, mempunyai
ribuan santri, beliau adalah Saliyo Bin Lanah ( KH. Ghozali ) seorang
dermawan yang suka beramal untuk perkembangan agama guna mengembangkan
dan melestarikan ajaran Rosulillah SAW, antara lain dengan mengajak
penduduk Sarang untuk meninggalkan kepercayaan Animisme dan Dinamisme
kepada ajaran yang benar yaitu Islam.
Pada suatu hari, kala Camat
Sarang selesai mengadakan pemantauan di Wilayahnya dengan menunggang
kuda ke arah barat untuk pulang, secara tiba-tiba beliau merasakan
gelap gulita seakan tak ada yang hendak di lewati. Tetapi betapa
terkejutnya dia, ketika melihat pancaran sinar terang dari arah depan,
lalu diapun turun dari kudanya untuk mendekati asal pancaran sinar
tersebut. Dan alangkah takjubnya dia sa'at mengetahui bahwa sinar
tersebut bukan sinar biasa tetapi pancaran nur dari wajah KH. Ghozali
yang duduk di tepi jalan sambil membuat tambang. Akhirnya pada lain
waktu Camat Sarang itupun sowan pada Kyai Ghozali seraya berjanji akan
beribadah dan akan mewaqofkan langgar di Sarang sebagai rasa syukur.
mengajarkan ajaran agama pada santrinya yang pada waktu itu terbatas
pada penduduk setempat. kiprah beliau sebagai tokoh masyarakat dan
agama sangat di segani. Dan dalam qurun waktu yang tidak begitu lama
perkembangan pesantren sangat cepat dan pesat. Waktupun bergulir dan
sudah menjadi garis kehidupan bahwa akhirnya Kyai Ghozali wafat pada
tahun 1856 M.
Diantara karya-karya beliau
adalah kitab salaf yang di tulis dengan tangannya antara lain tafsir
jalalin, fathul mu'in, bulughulmarom dan lainnya. Yang sekarang masih
tersimpan rapi dan di rawat oleh Almarhum Almaghfurlah KH. Faqih Imam
Pengasuh PP. MIS dan Almarhum Almaghfurlah KH. Abdurrohim Pengasuh PP
MUS. Kepemimpinan beliau di teruskan oleh menantunya yaitu KH. Umar bin
Harun, pada masa inilah perkembangan Pondok Pesantren Sarang mencaoai
puncaknya, sehingga pada tahun 1880 m beliau wafat, kemudian pengasuh
pesantren di lanjutkan KH. Fathurrahman putra Kyai Ghozali sampai tahun
1926 m. setelah beliau wafat di teruskan oleh Kyai Syua'ib ( Menantu
Kyai Ghozali ) dengan di bantu oleh putra-putranya yaitu, KH. Ahmad bin
Syua'ib, masa kepemimpinannya ini berlangsung sampai tahun 1928 m.
setelah wafatnya kyai syua'ib Pondok Pesantren Sarang berkembang menjadi
dua. Sebelah utara jalan raya bernama Ma,Had I'lmi Syari' ( MIS ) yang
di asuh oleh beliau KH.Imam Kholil. Sejak sa'at itulah berdiri Pondok
Pesantren yang lainnya seperti PP. Mansyaulhuda (PMH) sekarang di asuh
oleh beliau KH. Abu na'im, PP. Al Amin di asuh oleh beliau KH. ‘Ali
masyfu', dan pondok pesantren Al-Anwar yang di asuh oleh beliau KH.
Maimoen Zubair bin Dahlan.
Pondok Pesantren Al-Anwar semula
hanya berupa bangunan Musholla yang berada di muka Ndalem KH. Maimoen
Zubair, Musholla tersebut di gunakan sebagai mengaji para santri yang
berdomisili di Pondok Pesantren di Sarang. lama kelamaan ada beberapa
santri yang berkeinginan menetap di musholla tersebut. Supaya lebih
leluasa dalam mengaji dan berkhidat kepada Kyai Maimoen. Oleh mereka
pondok kecil tersebut di berinama POHAMA (Pondok Haji Maimoen). Ini
terjadi sekitar tahun 1967 M. Nama Pohama di ubah menjadi Pondok
Pesantren Al-Anwar , pengambilan nama ini di maqsudkan untuk mengenang
jasa dan cita-cita ayahandanya KH. Anwar Dahlan. Nama ini adalah nama
KH. Zubair Dahlan setelah menunaikan Ibadah Haji
Melihat situasi dan kondisi pada sa'at itu, akhirnya pada tahun 1971 M. Mushola tersebut di renovasi dengan membuat bangunan di atasnya yakni Khos Darussalam (DS) dan sebuah kantor yang terletak di sebelah timur Ndalem Kyai Maimoen. Setelah dua tahun, jumlah santri lebih dari 175 orang. Akhirnya pada tahun 1973 M. di belilah sebidang tanah sebelah timur pondok lalu di bangun Khos Darunna'im (DN). Setelah itu pada tahun 1975 M.di bangun lagi Khos Nurulhuda (NH).
Seiring dengan perkembangan PP.
Al-Anwar pada tahun 1979 M. Kyai Maimoen di bantu sepenuhnya oleh istri
beliau merintis berdirinya Pondok Pesantren Putri Al Anwar yang
berkolasi di belakang rumah beliau, perkembangannyapun cukup pesat,
hingga pada tahun 2006 berjumlah sekitar 600 santri. Kemudian pada
tahun 1980 M.di bangun Khos Al-Firdaus (AF) yang kala itu santri
berjumlah 250 orang. Pada tahun 1986 M. grafik jumlah santri naik
menjadi 800 orang dan guna memenuhi fasilitas yang di butuhkan
dibangunlah Khos Assalam (AS). Pada tahun 1995 M jumlah santri semakin
bertambah mencapai 1500 santri, lalu di bangunlah Khos Darusshohihain
(DH) yang di asuh langsung oleh putra beliau KH.Muhammad Najih Maimoen.
Selanjutnya pada tahun 1996 M. di bangun komplek Tahfizdil Qur'an yang
terletak di muka Ndalem Kyai Najih yang di asuh oleh istri beliau.
Dikarenakan jumlah santri semakin meningkat, tercatat pada tahun 2005
M. mencapai 1600 santri maka dilakukanlah perenovasian dan penambahan
gedung Khos Darunna'im (DN), dan juga pada tahun 2004 dibangun juga
Ruwaq Darut Tauhid (DT) yang setelah pengerjaannya digunakan sebagai
tempat Multaqo XIV Alumni sayyid Muhammad Alawi Al Maliki. guna untuk
melengkapi fasilitas Pondok, maka dibangunlah gedung berlantai lima
Gudung Serbaguna yang pada tanggal 4 Maret 2004 diresmikan langsung
oleh Wakil presiden RI DR. Hamzah Haz. sampai sekarang yakni tahun 2006
M jumlah santri mencapai 2000 santri.
Adapun sistim Pendidikan PP.
Al-Anwar secara umum tidak berbeda dengan Pondok-Pondok pesantren
lainnya yang ada di Sarang. Para santri di haruskan belajar di Madrasah
Ghozaliyyah Syafi'iyyah ( MGS ) atau Pendidikan Muhadloroh ( MHD )
pada pagi hari dan PPL Iqnaudz Dzakirin sebagai jenjang lanjutan bagi
lulusan MGS/MHD. Selain itu santri juga wajib mengikuti pengajian kitab
kepada para Masyayikh atau Asatidz. Salah satu kegiatan yang wajib
diikuti adalah Mudzakaroh, yang diadakan oleh Lembaga Pendidikan yang
ada ataupun oleh Pondok sendiri. Adapun Mudzakaroh yang di adakan oleh
Pondok Al-Anwar adalah Fatchul Qorib untuk kelas II, III A'liyah dan
V,VI Muhadloroh, Fatchul Mu'in, Ibnu A'qil, Aljauharu Maknun untuk
mutakhorrijin MGS atau MHD, dan Ushul Fiqh untuk kelas I,II,III A'liyah
dan IV,V,VI Muhadloroh. Sedangkan kegiatan selain kegiatan harian
antara lain : Pengadaan Mauqufah ( Bahtsul Masail )meliputi pembahasan
masalah terkini, bahstsul Manhaji disetiap bulan, Nadwah Fiqhiyyah
setahun sekali dengan mendatangkan delegasi dari berbagai Pondok
Pesantren yang ada di Jawa Tengah dan Jawa Timur dan banyak aktifitas
pondok lainnya.
Dari Berbagai Sumber.
Dari Berbagai Sumber.
0 komentar:
Posting Komentar
Berkomentarlah Yang Baik