Kamis, 14 Februari 2013

Pondok Pesantren Al-Anwar Sarang Rembang

Baca juga tulisan menarik lainnya


Himpunan santri alumni Pondok Pesantren sirojuth tholibin brabo tanggungharjo grobogan

  • Sekilas Sejarah Berdirinya Pesantren Al-Anwar.

Karangmangu adalah sebuah desa di terpi utara Jawa Tengah bagian timur. Termasuk bagian dari kecamatan Sarang kabupaten Rembang. Semula Karangmangu bernama Karangkembang, pada masa itu mayoritas penduduknya bermata pencaharian sebagai petani seperti kebanyakan penduduk jawa, sebagian lagi sebagai nelayan. Penduduk tesebut merupakan campuran antara suku Jawa dan Madura yang telah berasimilasi, oleh karena itu terdapat desa yang bernama Bajing jawa, Bajing madura,Sarang jawa dan Sarang madura.

Kala itu terjadi perpindahan penduduk dari Sedayu Gersik ke Sarang karena mereka di kejar bangsa Belanda akibat tidak mau bekerja samadengan bangsa kolonial itu, mereka datang secara berkala dan berkelompok, para pendatang itulah yang akhirnya membawa angin yang positif bagi warga Sarang. Mereka mulai mengembangkan cara pencarian ikan yang semula dengan cara sederhana di ganti dengan cara yang lebih maju, hingga pada akhirnya perekonomian penduduk kian hari kian terangkat.

Penduduk Sarang setiap hari Jum'at selalu pergi ke Masjid di desa Balitung, sebuah desa sebelah barat Sarang sekitar 3,5 km untuk mengerjakan Sholat Jum'at. Hal ini di karenakan tidak adanya Masjid di Sarang. Budaya ini berlanjut sampai KH.Syua'ib yang wafat pada tahun 1358 H. Masjid Balitung merupakan masjid pertama yang ada di Sarang dan sekitarnya' begitu juga Pondok Pesantrennya. Disebut desa Balitung karena orang yang pertama kali berdakwah di sana berasal dari desa Balitung sebuah desa yang berada di Sumatra. Dan pada akhirnya da'i tersebut di kenal dengan sebutan Wali Balitung.

Perkembangan Islam di Balitung mencapai puncaknya pada masa Kiyai ‘Abdullah Sajad yang sangat di kenal oleh penduduk setempat. Hanya saja sejarah kehidupannya tidak di ketahui secara pasti. Suatu ketika KH. Ghozali bersama menantunya yakni KH. Syua'ib menghadiri pemakaman salah satu pendudukl di sana, tiba-tiba sa'at penggalian qubur ,penduduk di kejutkan dengan di temukannya jasad mayat yang masih utuh seperti mayat yang baru saja di quburkan, lalu KH.Zubair dahlan [ pada masanya ] menanyakan tentang jasad mayat tersebut kepada Kyai Syua'ib. sedangkan beliau menyangka bahwa itu adalah jasad Kyai ‘Abdullah Sajad, tetapi di jawab oleh KH. Syua'ib setelah melakukan Istikhoroh memohon petunjuk kepada Allah, roh Kyai Syua'ib bisa bertemu langsung dengan roh jasad tersebut, akhirnya di ketahui bahwa jasad tersebut adalah jasad dari salah satu murid Kyai Sajad.

Pondok Balitung merupakan awal keberadaan Pondok Pesantren Sarang dan sekitarnya. Sebagai Masyayekhnya yang terkenal kala itu adalah Kyai Hasan Mursyidin yang pernah menulis tafsir jalalain .

Roda zamanpun berputar seiring dengan kerasnya kehidupan nelayan, maka muncullah sosok yang menjadi cikal bakal berdirinya pondok pesantren di Sarang yang besar, mempunyai ribuan santri, beliau adalah Saliyo Bin Lanah ( KH. Ghozali ) seorang dermawan yang suka beramal untuk perkembangan agama guna mengembangkan dan melestarikan ajaran Rosulillah SAW, antara lain dengan mengajak penduduk Sarang untuk meninggalkan kepercayaan Animisme dan Dinamisme kepada ajaran yang benar yaitu Islam.

Pada suatu hari, kala Camat Sarang selesai mengadakan pemantauan di Wilayahnya dengan menunggang kuda ke arah barat untuk pulang, secara tiba-tiba beliau merasakan gelap gulita seakan tak ada yang hendak di lewati. Tetapi betapa terkejutnya dia, ketika melihat pancaran sinar terang dari arah depan, lalu diapun turun dari kudanya untuk mendekati asal pancaran sinar tersebut. Dan alangkah takjubnya dia sa'at mengetahui bahwa sinar tersebut bukan sinar biasa tetapi pancaran nur dari wajah KH. Ghozali yang duduk di tepi jalan sambil membuat tambang. Akhirnya pada lain waktu Camat Sarang itupun sowan pada Kyai Ghozali seraya berjanji akan beribadah dan akan mewaqofkan langgar di Sarang sebagai rasa syukur. mengajarkan ajaran agama pada santrinya yang pada waktu itu terbatas pada penduduk setempat. kiprah beliau sebagai tokoh masyarakat dan agama sangat di segani. Dan dalam qurun waktu yang tidak begitu lama perkembangan pesantren sangat cepat dan pesat. Waktupun bergulir dan sudah menjadi garis kehidupan bahwa akhirnya Kyai Ghozali wafat pada tahun 1856 M.

Diantara karya-karya beliau adalah kitab salaf yang di tulis dengan tangannya antara lain tafsir jalalin, fathul mu'in, bulughulmarom dan lainnya. Yang sekarang masih tersimpan rapi dan di rawat oleh Almarhum Almaghfurlah KH. Faqih Imam Pengasuh PP. MIS dan Almarhum Almaghfurlah KH. Abdurrohim Pengasuh PP MUS. Kepemimpinan beliau di teruskan oleh menantunya yaitu KH. Umar bin Harun, pada masa inilah perkembangan Pondok Pesantren Sarang mencaoai puncaknya, sehingga pada tahun 1880 m beliau wafat, kemudian pengasuh pesantren di lanjutkan KH. Fathurrahman putra Kyai Ghozali sampai tahun 1926 m. setelah beliau wafat di teruskan oleh Kyai Syua'ib ( Menantu Kyai Ghozali ) dengan di bantu oleh putra-putranya yaitu, KH. Ahmad bin Syua'ib, masa kepemimpinannya ini berlangsung sampai tahun 1928 m. setelah wafatnya kyai syua'ib Pondok Pesantren Sarang berkembang menjadi dua. Sebelah utara jalan raya bernama Ma,Had I'lmi Syari' ( MIS ) yang di asuh oleh beliau KH.Imam Kholil. Sejak sa'at itulah berdiri Pondok Pesantren yang lainnya seperti PP. Mansyaulhuda (PMH) sekarang di asuh oleh beliau KH. Abu na'im, PP. Al Amin di asuh oleh beliau KH. ‘Ali masyfu', dan pondok pesantren Al-Anwar yang di asuh oleh beliau KH. Maimoen Zubair bin Dahlan.

Pondok Pesantren Al-Anwar semula hanya berupa bangunan Musholla yang berada di muka Ndalem KH. Maimoen Zubair, Musholla tersebut di gunakan sebagai mengaji para santri yang berdomisili di Pondok Pesantren di Sarang. lama kelamaan ada beberapa santri yang berkeinginan menetap di musholla tersebut. Supaya lebih leluasa dalam mengaji dan berkhidat kepada Kyai Maimoen. Oleh mereka pondok kecil tersebut di berinama POHAMA (Pondok Haji Maimoen). Ini terjadi sekitar tahun 1967 M. Nama Pohama di ubah menjadi Pondok Pesantren Al-Anwar , pengambilan nama ini di maqsudkan untuk mengenang jasa dan cita-cita ayahandanya KH. Anwar Dahlan. Nama ini adalah nama KH. Zubair Dahlan setelah menunaikan Ibadah Haji

Melihat situasi dan kondisi pada sa'at itu, akhirnya pada tahun 1971 M. Mushola tersebut di renovasi dengan membuat bangunan di atasnya yakni Khos Darussalam (DS) dan sebuah kantor yang terletak di sebelah timur Ndalem Kyai Maimoen. Setelah dua tahun, jumlah santri lebih dari 175 orang. Akhirnya pada tahun 1973 M. di belilah sebidang tanah sebelah timur pondok lalu di bangun Khos Darunna'im (DN). Setelah itu pada tahun 1975 M.di bangun lagi Khos Nurulhuda (NH).

Seiring dengan perkembangan PP. Al-Anwar pada tahun 1979 M. Kyai Maimoen di bantu sepenuhnya oleh istri beliau merintis berdirinya Pondok Pesantren Putri Al Anwar yang berkolasi di belakang rumah beliau, perkembangannyapun cukup pesat, hingga pada tahun 2006 berjumlah sekitar 600 santri. Kemudian pada tahun 1980 M.di bangun Khos Al-Firdaus (AF) yang kala itu santri berjumlah 250 orang. Pada tahun 1986 M. grafik jumlah santri naik menjadi 800 orang dan guna memenuhi fasilitas yang di butuhkan dibangunlah Khos Assalam (AS). Pada tahun 1995 M jumlah santri semakin bertambah mencapai 1500 santri, lalu di bangunlah Khos Darusshohihain (DH) yang di asuh langsung oleh putra beliau KH.Muhammad Najih Maimoen. Selanjutnya pada tahun 1996 M. di bangun komplek Tahfizdil Qur'an yang terletak di muka Ndalem Kyai Najih yang di asuh oleh istri beliau. Dikarenakan jumlah santri semakin meningkat, tercatat pada tahun 2005 M. mencapai 1600 santri maka dilakukanlah perenovasian dan penambahan gedung Khos Darunna'im (DN), dan juga pada tahun 2004 dibangun juga Ruwaq Darut Tauhid (DT) yang setelah pengerjaannya digunakan sebagai tempat Multaqo XIV Alumni sayyid Muhammad Alawi Al Maliki. guna untuk melengkapi fasilitas Pondok, maka dibangunlah gedung berlantai lima Gudung Serbaguna yang pada tanggal 4 Maret 2004 diresmikan langsung oleh Wakil presiden RI DR. Hamzah Haz. sampai sekarang yakni tahun 2006 M jumlah santri mencapai 2000 santri.

Adapun sistim Pendidikan PP. Al-Anwar secara umum tidak berbeda dengan Pondok-Pondok pesantren lainnya yang ada di Sarang. Para santri di haruskan belajar di Madrasah Ghozaliyyah Syafi'iyyah ( MGS ) atau Pendidikan Muhadloroh ( MHD ) pada pagi hari dan PPL Iqnaudz Dzakirin sebagai jenjang lanjutan bagi lulusan MGS/MHD. Selain itu santri juga wajib mengikuti pengajian kitab kepada para Masyayikh atau Asatidz. Salah satu kegiatan yang wajib diikuti adalah Mudzakaroh, yang diadakan oleh Lembaga Pendidikan yang ada ataupun oleh Pondok sendiri. Adapun Mudzakaroh yang di adakan oleh Pondok Al-Anwar adalah Fatchul Qorib untuk kelas II, III A'liyah dan V,VI Muhadloroh, Fatchul Mu'in, Ibnu A'qil, Aljauharu Maknun untuk mutakhorrijin MGS atau MHD, dan Ushul Fiqh untuk kelas I,II,III A'liyah dan IV,V,VI Muhadloroh. Sedangkan kegiatan selain kegiatan harian antara lain : Pengadaan Mauqufah ( Bahtsul Masail )meliputi pembahasan masalah terkini, bahstsul Manhaji disetiap bulan, Nadwah Fiqhiyyah setahun sekali dengan mendatangkan delegasi dari berbagai Pondok Pesantren yang ada di Jawa Tengah dan Jawa Timur dan banyak aktifitas pondok lainnya.

Dari Berbagai Sumber.
Bagikan Artikel Ini Ke Teman Anda

0 komentar:

Posting Komentar

Berkomentarlah Yang Baik