Sabtu, 16 Februari 2013

Biografi Singkat KH. Zubair Dahlan, Ayahanda KH. Maimun Zubair

Baca juga tulisan menarik lainnya

Himpunan santri alumni pondok pesantren modern sirojuth tholibin brabo tanggungharjo grobogan

Kehidupan Semasa Kecil :

K.H. Zubair Dahlan dilahirkan pada tahun 1323H di daerah pesisir pantai, tepatnya, di Desa Karangmangu, Sarang Rembang. Suatu daerah yang merupakan perbatasan antara Jawa Tengah dan Jawa Timur. Beliau adalah putra ke-2 dari Kyai Dahlan dan Ibu Nyai Hasanah. Pada masa kecilnya, beliau tumbuh dan berkembang keilmuwannya di bawah bimbingan ayahandanya. Dalam permasalahan ta'alum (pendidikan), beliau belajar membaca Al-Qur'an dan ilmu-ilmu dasar agama Islam langsung di bawah pantauan kakek beliau, Kyai Syua'ib yang sudah masyhur dengan ke'alimannya. Sehingga pada umur yang relatif sangat muda (6 tahun), beliau sudah dapat membaca Al- Qur'an dengan baik disertai dengan tajwid-tajwidnya. Sejak kecil beliau terkenal dengan kecerdasannya, serta memiliki himmah yang kuat untuk mempelajari dan mendalami ilmu-ilmu agama. Dalam bimbingan kakeknya, beliau dapat mempelajari bermacam-macam cabang ilmu pengetahuan agama Islam. Adapun dalam bidang sastra dan gramatika Arab, beliau dibimbing langsung oleh ayahandanya. 

Dalam bidang ilmu fiqih beliau menghatamkan kitab Taqrib dari paman beliau, Kyai Ahmad bin Syua'ib. Sedangkan kitab Fathul Wahab beliau mengaji di bawah bimbimgan Kyai Fathur Rohman bin Kyai Ghozali.

Rihlah K.H. Zubair Dahlan dalam Mendalami Ilmu Agama

Kehausan beliau dalam mendalami pengetahuan ilmu agama tidak cukup hanya di daerah kelahiran saja. Bertepatan pada usia ke-17 beliau pergi ke Makkah Al- Mukarromah bersama dengan kakek dan neneknya, Kyai Syua'ib beserta istri. Beliau tinggal di sana selama tiga tahun bersama pamannya, Kyai Imam Kholil. Dalam kesempatan ini, beliau menimba ilmu sebanyak-banyaknya dari para ulama' Al-Harom As- Syarif. Diantaranya, Kyai Baqir Al-Jokjawy (Yogyakarta). Dari Kyai Baqir ini, beliau mendalami ilmu-ilmu Hadis, Tafsir Jalaalain, Sarah Imam Al-Mahally dan lain-lain. Dan dari Syekh Al 'Alamah Hasan Al-Yamany, putra Syekh Sa'id Al-Yamany, beliau mempelajari ilmu gramatika Arab, misalnya, Syarah Matan Al-Jurumiyyah, Syarah Al 'Alamah Kafrawi dan lain sebagainya. 

Selang beberapa waktu berlalu, beliau kembali ke tanah Jawa bersama sang paman, Kyai Imam Kholil. Namun, pendalaman ilmu agamanya tidak cukup hanya sampai di situ saja. Meskipun sudah belajar di Makkah, beliau masih melanjutkan berguru kepada Syekh Al 'Alamah Kyai Faqih bin Abdul Jabbar Maskumambang. Di bawah bimbingan Kyai Faqih, beliau mempelajari berbagai bidang ilmu, diantaranya, kitab Tafsir, Jam'ul Jawami', Syarah Ummul Barahin (bidang aqidah). Pada kesempatan ini, beliau mendapatkan ijazah dari gurunya ini, yang termaktub dalam suatu kumpulan, yang diberi nama "Kifayatul Mustafid". Di sini dicatat sanad-sanad Kyai Zubair dari jalur Syaikh Muhammad Mahfud bin Abdullah At Turmusy.
Pada tahun 1371H, beliau berangkat ke Makkah Al-Mukarromah lagi bersama para jamaah haji dari Indonesia untuk menunaikan rukun Islam yang ke lima. Pada waktu ini, beliau bertemu dengan seorang yang 'alim, yang mulia Sayyid Alawi bin Abbas Al-Maliky. Dalam kesempatan ini beliau mengikuti majlisul ilmi yang diasuh Sayyid Alawy, yang bertempat di Babussalam (pintu yang berada di tempat sa'i).
Beliau sangat kagum dengan apa yang disampaikan oleh Sayyid Alawy, karena penyampain Sang Sayyid disampaikan dengan bahasa yang fushah (ejaan yang sesuai dengan kaidah-kaidah bahasa Arab) dan ta'bir-ta'bir yang bagus. Dan pada waktu haji itu juga, beliau bertemu dengan seorang yang 'alim dari Indonesia yang telah menetap di Makkah, Syeikh Al 'Alamah Ustadz Yasin Bin Isa Al Fadany. Di sela-sela pertemuan yang singkat itu, beliau di ijazahi oleh Syaikh Yasin seluruh kitab yang telah beliau pelajari (Ijazah Muthlaq).

Kepribadian, Husnul Huluq Dalam Berprilaku

K.H. Zubair merupakan salah satu figur yang patut sebagai teladan kita semua, khususnya para santri. Di antara sekian banyak sifat-sifat beliau, ada beberapa yang menonjol, yaitu ketekunan dalam memperdalam pengetahuan agama, sifat lemah lembut dan mengasihi orang yang lemah dan orang-orang fakir. Selain itu, beliau juga sangat senang dengan santri, berpegang teguh dengan sunah-sunah dan sejarah-sejarah ulama' salafus sholih. Beliau juga sosok yang sangat menjauhi bid'ah-bid'ah yang melenceng dengan ajaran-ajaran syari'at Islam. Walaupun dengan kebencian ini, beliau akan mendapat gunjingan maupun celaan dari orang yang tidak menyukai apa yang dilakukan.

Setelah perjalanan panjang dalam pencarian pengetahuan agama ke berbagai daerah. Bertepatan dengan umur 23 tahun, beliau mulai ikut berpartisipasi mengajar di Pon-pes di daerah kelahirannya (Sarang). Santri-santri di sana sangat antusias ingin belajar kepadanya, dengan bukti pada waktu mengajar, tempat pengajian selalu penuh. Beliau mengaji meliputi kitab-kitab yang kecil, seperti Matan Taqrib, Jurumiyyah, Aqidatul Awam. Dan juga ada kitab-kitab yang besar seperti Jamiul Jawami', Tafsir Baidlowi, beserta kitab-kitab karya Imam Al-Mahalli.

Seluruh umur K.H. Zubair dicurahkan semuanya untuk mengajar ilmu-ilmu agama Islam. Dalam rutinitas tiap bulan Romadlon, beliau mbalah (membaca) Tafsir Jalalain. Prilaku ini merupakan kebiasaan tiap tahun. Menginjak umur yang makin sepuh (60 tahun), beliau lebih banyak membaca kitab-kitab di bidang tasawuf seperti kitab Minhajul 'Abidin, Kitab Hikam, dan Kitab Ihya' Ulumuddin yang menemani dan mengiringinya sampai beliau wafat.

Keluarga K.H. Zubair Dahlan

Pada usia 24 tahun, beliau menikah dengan putri sang paman (dari ibu), Mahmudah binti Kyai Ahmad bin Syua'ib. Dari pernikahan itu, beliau dikaruniai oleh Allah lima putra dan putri. Tapi, semuanya meninggal pada waktu masih kecil, kecuali satu yang masih hidup sampai sekarang, yaitu Syaikh K.H. Maimoen Zubair. Selang berapa tahun kemudian istri beliau meninggal. Tepatnya pada bulan Jumadil Akhir tahun 1358 H. Kemudian beliau menikah lagi dengan Aisyah binti Kyai Abdul Hadi dari keluarga Burna. Pada pernikahan kedua ini, beliau di karuniai lima putri, Halimah, Sai'dah, 'Afifah, Sholihah, Salamah, dan satu putra, yaitu K.H. Ma'ruf Zubair.

Karya-Karya K.H. Zubair Dahlan.

Dalam kesibukannya setiap hari, KH. Zubair masih menyempatkan diri untuk mengarang beberapa kitab. Diantaranya, Kitab Manasik Haji, Nadlom Risalah As Samarqondiyah yang diberi nama Al-Qolaid Fi Tahqiqi Ma'na Isti'aroh, dan beberapa Nadloman mengenai Rumus- Rumus Fuqoha'. Beliau juga membuat beberapa Sya'ir mengenai etika, hisab dan lain sebagainya. Misalnya sya'ir dalam hal kesabaran
dalam urusan rizqi :
Yang Artinya;
"Janganlah kalian tergesa-gesa tentang urusan rizqi, Karena rizki tidak datang dengan tergesa-gesa tanpa keraguan.
Apabila kalian bersabar, niscaya rizqi akan mendatangi kalian. Tetapi manusia diciptakan dengan (bertabiat) tergesa-gesa".

Pulang Ke Rahmatullah

Seperti keseharian yang dijalankan, yaitu mengajar ilmu-ilmu agama. Sehingga bertepatan dengan bulan Sya'ban, atas permintaan sebagaian santri, beliau meneruskan pembacaan kitab Ihya 'Ulumuddin juz ke-4. Kitab ini Alhamdulillah beliau khatamkan pada permulaan sepuluh hari terakhir pada bulan Sya'ban (21 sya'ban). Kemudian pada bulan Ramadlon, seperti rutinitas tiap bulan Ramadhan sebelumnya, beliau mbalah (membaca) kitab Tafsir Jalalain. Dan ini merupakan kitab terakhir yang dibaca sebelum wafat. Tiba-tiba pada tanggal 10 Romadlon beliau mengalami sakit panas. Sakit ini, makin lama semakin bertambah hingga akhir hayatnya. Ini bertepatan dengan terbenamnya sang surya pada malam Selasa setelah maghrib hari ke-15 bulan Ramadlon tahun 1389H, beliau wafat pada umur yang ke-65, hidup dengan sederhana dan meninggal dalam kesedarhanaan pula.

Semoga K.H. Zubair Dahlan mendapat rahmat dari Allah dan di tempatkan di surga Al-firdaus. Amin ya robbal 'alamin.

Dari Berbagai Sumber .
Bagikan Artikel Ini Ke Teman Anda

0 komentar:

Posting Komentar

Berkomentarlah Yang Baik