Selasa, 12 Februari 2013

KH Hamim Dzajuli ( Gus Miek )

Baca juga tulisan menarik lainnya

Himpunan Santri alumni Brabo




KH. Hamim Djazuli (Gus Miek)

Pendakwah di Lembah Hitam dan Pendiri Zikrul Ghofilin
Suatau hari, Gus Miek dengan diikuti Gus Farid masuk ketempat hiburan malam. Di tempat orang suka dugem dan mengkonsumsi
narkoba serta minum-minuman keras, Gus Farid coba menutupi identitas Gus Miek agar tidak dilihat dan dikenali pengunjung.
“Gus, apakah sampean jama`ahnya kurang banyak ? Apakah Sampean kurang kaya ? Kok masuk tempat seperti ini?” Tanya Gus
Farid penasaran. Usai melontarkan pertanyaan, Gus Farid langsung kaget,karena tak menyangka Gus Miek terlihat emosi mendengar
pertanyaan itu.
“ Biar nanti saya cemar di mata manusia,tetapi tenar di mata Allah. Apalah arti sebuah nama. Paling mentok, nama Gus Miek hancur
di mata ummat. Semua orang yang di tempat ini juga menginginkan surga, bukan hanya jama`ah saja yang menginginkan. Tetapi,
siapa yang berani masuk ? Kiai mana yang berani masuk ke sini?” kata Gus Miek dengan penuh emosi.
Gus Farid terdiam. Tak lama setelah itu Gus Miek pun kembali ceria seolah lupa dengan pertanyaan Gus Farid yang baru saja
disampaikan.
Lahir di Kediri pada 17 Agustus 1940. Nama aslinya KH Hamim Tohari Jazuli, biasa disapa Amiek atau Gus Miek. Ayahnya , KH Jazuli
Usman adalah pendiri Pondok Pesantren Al-Falah, Ploso, Mojo, Kediri.
Semasa kecil pernah masuk Sekolah Rakyat di Ploso, namun tidak tamat. Ia lebih suka belajar di pesantren salaf dan mendalami
ajaran tasawuf. Mula-mula masuk Lirboyo, lalu ke pesantren Darussalam Watucongol untuk belajar pada Mbah Dalhar. Dari sanalah
pengembaraan spiritualnya banyak dimulai. Ia banyak berguru pada ulama yang lebih dikenal dengan waliyulloh.
Pernah belajar pada KH Mubasyir Mundzir (Tulungagung), Gus Ud (Sidoarjo), Mbah Hamid (Pasuruan), KH Abdul Madjid (Kedunglo,
Kediri), Mbah Jogoreso (Kedungpring, Magelang), KH Hamid (Kejoran, Magelang),KH Ashari (Lempuyang,Jogjakarta).
Di samping itu juga berguru pada KH Arwani (Kudua), KH Ali Maksum (Krapyak, Jogja),Mbah Mangli (Magelang), KH Muslih
(Mranggen Demak), Mbah Benu (Jogjakarta). Rata-rata gurunya adalah orang yang dikenal sebagai waliyulloh dan akrab dengan dunia
kesufian.
Banyak orang meyakini bahwa Gus Miek adalah waliyullah. Hal itu dikarenakan Gus Miek seringkali berperilaku aneh dan tidak lazim
untuk kalangan kiai. Ia suka begadang di diskotik sambil merokok dan meminum minuman keras, masuk dan membawa WTS ke
dalam kamar lokalisasi pelacuran, bermai judi, dsb. Namun pada akhirnya langkah yang ditempuh itu membuahkan hasil dan banyak
dikagumi orang. WTS yang dibawa kedalam kamar, misalnya, begitu keluar langsung tobat dan berhenti praktek. Arena judi yang
didatangi biasanya langsung bubar karena Gus Miek selalu menang,dsb.
Ia juga terkenal sangat ringan tangan dalam mendukung dakwah. Misalnya, demi mengentaskan wanita nakal di Surabaya yang
menjadi simpanan oknum pejabat tinggi militer, ia rela melepaskan sebuah arloji emas untuk memancing agar wanita itu mau
mendekat dan mau mendengar arahan darinya. Namun ketika arloji emas belum bisa menaklukan hati wanita nakal itu untuk
mendekat dan melupakan sang pejabat, ia merelakan sebuah mobil kijang terbaru saat itu untuk menarik hati wanita tersebut. Lewat
mobil kijang itulah akhirnya hati perempuan itu bisa dikuasai Gus Miek dan secara perlahan diarahkan menuju jalan kebenaran.
Pada saat yang lain, ia menang besar dalam perjudian. Uang satu kantong terigu berada di tanganya. Namun anehnya, ia dan
pendampingnya tidak mengambil serupiah pun dari uang itu. Justru ia naik becak,dan uang itu disebarkan di sepanjang jalan raya
untuk para tukang becak dan tukang kopi pinggir jalan.
Kecintaanya pada al-Qur`an dan lelaku sudah dijalaninya sejak kecil. Identik dengan para guru pembimbing ruhaninya. Berangkat dari
semangat untuk terus mendekatkan diri kepada Allah SWT melalui jalur tarekat dan suluk, Gus Miek mendirikan Jamaah Mujahadah
Lailiyah di Tulungagung (1961). Isinya adalah secara bersama-sama melakukan taqorrub kepada Allah di waktu malam dengan
membaca kirim fatehah kepada para ahli kubur, istigfar, sholawat,zikir-zikir dan Asma`ul Husna secara berjamaah dengan dipimpin
seorang imam. Biasanya mulai pukul 01.00 WIB hingga pukul 03.00 WIB.
Pada tahun 1973, Gus Miek bersama KH Ahmad Siddiq dan KH Abdul Hamid Magelang mendirikan wadah baru lagi bernama
jam`iyah Dzikrul Ghofilin. Isinya juga sama tidak jauh berbeda dengan Mujahadah Lailiyah. Tak lama kemudian mendirikan Semaan
Mantab untuk komunitas para penghafal al-Quran.
Gus Miek wafat pada sabtu, 5 juni 1993. Di makamkan di makam Auliya` desa Tambak,Ngadi,Mojo, Kediri. Satu makam dengan KH
ahmad Siddiq dan KH Yasin Yusuf. Salah satu ajaran penting Gus Miek adalah kerendahan hati. Prinsip yang selalu dipegang “aku
hanyalah” bukan “ aku adalah”.
Bagikan Artikel Ini Ke Teman Anda

0 komentar:

Posting Komentar

Berkomentarlah Yang Baik