Kamis, 14 Februari 2013

Pengasuh Pondok Pesantren Langitan Tuban. ( Bagian 1 )

Baca juga tulisan menarik lainnya

Himpunan santri alumni Pondok Pesantren sirojuth tholibin brabo tanggungharjo grobogan


K.H. Muhammad Nur


Lembaga pendidikan sekarang ini dahulunya adalah hanya sebuah surau kecil tempat muassis pertama KH.Muhammad Nur mengajarkan ilmunya iepada sanak saudara dan tetengga dekatnya.
Hadratussyekh KH. Muhammad Nur adalah keturunan seorangkiai dari Desa Tuyuhan Kabupaten Rembang Jawa Tengah, danjika dirunut lebih ke atas lagi maka beliau adalah juga termasuk keturunan Mbah Abdurrahman, Pangeran Sambo. Beliau mengasuh Pondok Pesantren Langitan ini qelama kurang lebih 18 tahun (1852-1870 M.). Cita-cita luhur dan semangat beliau dalam membidani berdirinya pesantren ini nampaknya cukup membuahnya hasil yang signifikan, terbukti dengan tampilnya putra-putri beliau dalam mengemban amanat sekaligus menjadi pemimpin umat setelah beliau wafat pada Hari Senin, 30 Jumadil Ula 1297 H. dan dimakamkan di komplek pesarehan Sunan Bejagung lor Tuban.

KH. Ahmad Sholeh


Kepemimpinan KH. M. Nur untuk selanjutnya diteruskan oleh KH. Ahmad Sholeh, putra kedua dari sembilan bersaudara putra-putri beliau. Pendidikan beliau selain mengaji kepada ayahandanya sendiri juga kepada H. Abdul Qodir Sidoresmo Surabaya dan sempat pula melakukan studi (tabarrukkan) kepada beberapa ulama besar Masjidil Haram, di antaranya adalah Syeh Ahmad Zaini Dahlan saat beliau menunaikan ibadah haji Ke Mekkah pada tahun 1289 H.
Pada masa kepengasuhan Mbah Sholeh – pangilan akrab KH. Ahmad Sholeh -Pondok Pesantren Langitan mengalami perkembangan yang cukup pesat baik dalam segi kuantitas maupun kualitas. Hal ini dibuktikan dengan semakin melubernya jumlah santri. Begitu juga dalam sisi sarana dan fasilitas, semakin lama semakin meningkat.
Nama-nama besar pemimpin keagamaan yang juga perintis besar seperti  :

  1. KH.Muhammad Kholil, Bangkalan Madura,  
  2. K.H.Hasyim Asy’ari (pendiri NU),  
  3. H.Wahab Hasbulloh, Jombang,  
  4. KH. Syamsul Arifin (ayahanda KH. As’ad Syamsul Arifin),
  5. KH.Shidiq (Ayahanda mantan Rois Am NU, KH. Ahmad Shiddiq), 
  6. KH. Khozin yang kelak akan meneruskan mata rantai kepengasuhan KH. Ahmad Sholeh,  
  7. KH. Hasyim, padangan Bojonegoro, 
  8. KH.Umar Dahlan Sarang Rembang.
Dan lain-lain adalah sejumlah santri yang pernah mengenyam pendidikan di Pondok Pesantren Langitan pada masa kepengasuhanya. Sebuah faktah sejarah yang cukup membanggakan, dimana sebuah lembaga pendidikan dengan segala ieterbatasan sarana dan fasilitas mampu mencetak Ulama besar.
KH. Ahmad Sholeh mengembangkan pesantren ini kurang lebih 32 tahun (1870-1902 M.), Beliau wafat pada tahun 1320 H. bertepatan dengan tahun 1902 M., dimakamkan di Pemakaman Umum Desa Mandungan Kecamatan Widang Kabupaten Tuban, kurang lebih 400 m. sebelah utara lokasi Pondok Pesantren Langitan.

KH. Muhammad Khozin


Periode ketiga Pondok Pesantren Langitan diasuh oleh putra menantu KH.Ahmad Sholeh, yaitu KH. Muhammad Khozin, putra KH. Shihabuddin Rengel Tuban.
Selain mengaji di Pondok Pesantren Langitan, beliau juga pernah menimba ilmu di Pesantren Kademangan di bawah asuhan KH.Mohammad Kholil Bangkalan, selama dua tahun. Pada tahun 1894 M, beliau dijodohkan dengan putri KH.AhmadSholeh, Ning Shofiyah dan sejak itu beliau mulai aktif mengajar hingga menerima tugas mulia memimpin dan mengasuh pesantren sepeninggal ayah mertuanya pada tahun 1320 H./1902 M.


Waktu pun bergulir, selang beberapa tahun kemudian tepatnya pada tahun 1904 M. beliau berkesempatan menunaikan ibadah haji di Makkah Al Mukarramah. Kesempatan emas ini dimanfaatkan oleh beliau untuk mengaji (tabarrukan) iepada Syeh Makhfudz At Termasi dan beberapa masyayekh lain di Masjid Al Haram.
Dalam periode ini, sekembali beliau dari menunaikan ibadah haji terjadi banjir yang cukup dahsyat, lokasi Pondok Pesantren Langitan digenangi air Bengawan Solo dan terancam erosi cukup berat. Sehingga dengan terpaksa beliau memindahkan bangunan-bangunan pondok yang semula berada di tepi Bengawan Solo ke arah utara. Upaya ini juga dibarengi dengan perluasan areal pondok dan perbaikan sarana dan fasilitas pemukiman santri yang rusak aiibat banjir.Pondok yang berhasil dibangun pada saat itu adalah sebanyak empat unit yang terdiri dari Pondok Kidul yang sekarang disebut dengan Pondok Al Ghozali, Pondok Lor yang terkenal dengan nama Pondok Al Maliki, Pondok Kulon atau yang saat ini lebih populer dengan nama Pondok As Syafii dan Pondok Wetan yang sekarang lebih dikenal dengan sebutan Pondok Al Hanafi.
KH. Khozin mengasuh dan mengembangkan pesantren ini selama kurang lebih sembilan belas tahun (1902-1921 M.), beliau wafat pada tahun 1340 H./1921 M. dimakamkan di Pemakaman Umum Desa Mandungan Kecamatan Widang Kabupaten Tuban.

Sumber : www.langitan.net
Bagikan Artikel Ini Ke Teman Anda

0 komentar:

Posting Komentar

Berkomentarlah Yang Baik