Jumat, 18 April 2014

Sekilas Kitab Alfiyah Ibnu Malik Dan Tips Manjur Menghafal Nya.


Sekilas Kitab Alfiyah Ibnu Malik Dan Tips Manjur Menghafal Nya.

Terlihat setiap kali menjelang fajar adzan subuh di  sudut serambi masjid Al Muhajirin Pondok Pesantren Sirojuth Tholibin Brabo, seorang santri duduk menghadap kiblat,beralaskan sajadah bergambar masjid dengan kopiah putih menempel di kepalanya. Entah apa yang sedang di lakukannya,dan entah dari mulai jam berapa dia sudah duduk di serambi masjid itu,yg jelas ia hampir setiap malam,ketahuan Pengurus Pondok seperti itu.Ia memegang kitab kecil seukuran buku saku yang kertasnya berwarna kuning. Kepalanya menghadap keatas dengan mata terpejam, sesekali ia turunkan pandangannya kearah kitab kecil di tangan kanannya.
Dahinya mengerut, menandakan keseriuasan mendalam. Seolah ada suatu memori yang coba ia putar didalam batok kepalanya. Mulutnya pun tak berhenti bergerak berkomat kamit. Apa yang sebenarnya yang ia lakukan? Ia sedang menghafalkan bait demi bait dari kitab: “ALFIYAH” yang berjumlah 1002 bait.

Dalam literatur pesantren di Indonesia, sudah tak asing lagi bahkan hampir seluruh pesantren menyertakan alfiyah sebagai salah satu pelajaran wajib dan menjadi tolak ukur sejauh mana kepandaian seorang santri dalam ilmu gramatikal arab.

Karya monumental ini dikarang oleh maha guru Syeh Muhammad bin Abdullah nin Malik Al-Andalusy atau lebih dikenal dengan sebutan Imam Ibnu Malik. Alfiyah memang menarik. Bahkan telah masyhur dikalangan pesantren bahwa seorang santri belum dikatakan “santri” jika belum menguasai atau setidaknya mempelajari Alfiyah.

Sudah pasti kitab ini amat menarik,Karena dalam kitab Alfiyah ini Mushonif sendiri ( Pengarang )sudah menyebutkan “Adapun Kitab Alfiyah ini adalah Kitab yang Ringkas berbentuk Nadzam, namun mencakup semua pembahasan masalah Ilmu Nahwu dengan detil. Sebagaimana beliau katakan pada Bait Muqaddimah pada Kitab Alfiyah ini:

“Juga aku memohon kepada Allah untuk kitab Alfiyah, yang dengannya dapat mencakup seluruh materi Ilmu Nahwu”.

Metode Kitab Alfiyah ini sebenarnya cukup memberikan kemudahan bagi pelajar untuk menguasainya. Tidak hanya untuk para senior. Karena Alfiyah ini cukup mengandung pengertian yang sangat luas, tapi dengan lafad yang ringkas. Sebagaimana beliau memberi penilaian terhadap Kitab Alfiyah ini, dalam Muqaddimahnya yang berbunyi:

“Mendekatkan pengertian yang jauh dengan lafadz yang ringkas serta dapat menjabar perihal detail dengan janji yang cepat”

Kitab Alfiyah ini, disebut juga Kitab Khalashah yang berarti Ringkasan. Diringkas dari Kitab karangan beliau yang benama Al-Kafiyah As-Syafiyah, merupakan Kitab yang membahas panjang lebar tentang Ilmu Nahwu. Sebagaimana beliau berkata pada Bait terahir dari Kitab ini, yaitu pada Bait ke 1000:

“Telah terbilang cukup kitab Khalashah ini sebagai ringkasan dari Al-Kafiyah, sebagai kitab yang kaya tanpa kekurangan”.

Beliau juga memberi motivasi, bahwa Kitab ini dapat memenuhi apa yang dicari oleh para pelajar untuk memahami Ilmu Nahwu. Beliau berkata pada Bait ke 999

“Aku rasa sudah cukup dalam merangkai kitab Nadzom ini, sebagai Kitab yang luas pengertiannya dan mencakup semuanya”.

Sebelum masuk bahasan judul, baik nya ada sekilas ulasan tentang Kitab Alfiyyah dan Pengarang nya :

Kitab Nahwu Sharaf Alfiyah Ibnu Malik, adalah sebuah Kitab Mandzumah atau Kitab Bait Nadzam yang berjumlah seribu Bait, berirama Bahar Rojaz, membahas tentang kaidah-kaidah Ilmu Nahwu dan Ilmu Sharaf . Kitab Alfiyyah Ibnu Malik adalah kitan populer dan melegenda dalam ilmu Gramatika / tata bahasa  arab. Kitab ini di kenal dibelahan dunia, baik daratan timur maupun barat. Di barat, “The Thousand Verses” nama lain dari kitab Alfiyyah Ibnu Malik.
Alfiyyah ibnu Malik dijadikan panduan utama di bidang kajian linguistik Arab.

Di Indonesia, Alfiyyah Ibnu Malik juga di kaji diberbagai daerah. Pesantren-pesantren yang tersebar diwilayah Nusantara hampir tidak ada yang menyingkirkan peranan kitab ini.
Besarnya peranan Alfiyyah Ibnu Malik tampaknya menjadi titik puncak bagi harapan si pengarang. Ibnu Malik pernah mengungkapkan melalui satu bait dalam nadzomnya; “Waqad yanubu ‘anhu ma ‘alaihi dal kajidda kullal jiddi wafrokhil jadal”. Nadzom ini seolah-olah mengisyaratkan keinginan Ibnu Malik bahwa Alfiyyah yang benar-benar telah menggantikan perannya munjukkan seperti sebuah langkah penuh keseriusan dan kebahagiaan yang tiada tara.

Harapan akan manfaat kitab Alfiyyah Ibnu Malik bagi dinamika ilmu keislaman juga pernah diungkapkannya melalui salah satu bait dalam nadzomnya; “Wallahu Yaqdhi bihibatin waafiroh li walahu fi darojatil akhiroh”. Semoga dengan ampunan yang sempurna, Allah memberikan aku Dan dia (IbnuMu’thi guru imam sibawaih) sebuah draja tyang tinggi diakhirat.
Kelebihan mengkaji Ilmu Nahwu-Shorof khususnya alfiyah dibandingkan dengan ilmu fiqh dan lainnya adalah ketetapan qoidahnya. qoidah  Nahwu-Shorof merupakan ilmu yang paten/pasti yaitu qoidahnya tidak akan pernah berubah ila akhirizzaman.sedangkan didalam ilmu fiqh akan selalu terus berkembang  mengikuti zaman, seiring muncul dan berkembangnya suatu masalah. Begitu banyak orang yang cenderung mengkaji alfiyyah, sampai-sampai Ibnu Malik sebagai pengarangnya dinobatkan sebagai Taj ‘ulama an-Nuhaat (Mahkota Ilmu Nahwu).

Pengarang Kitab Alfiyyah Ibnu Malik. :

Pengarang Kitab Alfiyah ini, adalah seorang pakar Bahasa Arab, Imam yang Alim yang sangat luas ilmunya. Beliau mempunyai nama lengkap Abdullah Jamaluddin Muhammad Ibnu Abdillah Ibnu Malik at-Tha’iy al-Jayyaniy. Beliau dilahirkan di kota Jayyan Andalus (Sekarang: Spanyol) pada Tahun 600 H. Kemudian berpindah ke Damaskus dan meninggal di sana pada Tahun 672 H. ( Wallohu ‘Alam)

Ibnu malik juga mendapatkan nama laqob (julukan) Jamaluddin dan nama kunyah Abu Abdulloh,Pada saat itu, penduduk negeri ini sangat cinta kepada ilmu, dan mereka berpacu dalam menempuh pendidikan, bahkan berpacu pula dalam karang-mengarang buku-buku ilmiah.

Pada masa kecil, Ibn Malik menuntut ilmu di daerahnya, terutama belajar pada Syaikh Al-Syalaibuni (w. 645 H). Setelah menginjak dewasa, ia berangkat ke Timur untuk menunaikan ibadah haji,dan diteruskan menempuh ilmu di Damaskus.

Di sana ia belajar ilmu dari beberapa ulama setempat, antara lain Al-Sakhawi (w. 643 H). Dari sana berangkat lagi ke Aleppo, dan belajar ilmu kepada Syaikh Ibn Ya’isy al-Halaby (w.643H). Di kawasan dua kota ini nama Ibn Malik mulai dikenal dan dikagumi oleh para ilmuan, karena cerdas dan pemikirannya jernih. Ia banyak menampilkan teori-teori nahwiyah yang menggambarkan teori-teori mazhab Andalusia, yang jarang diketahui oleh orang-orang Syiria waktu itu.
Di antara penulis-penulis syarah Alfiyah lainnya, yang bisa ditampilkan dalam tulisan ini, adalah Al-Muradi, Ibn Hisyam, Ibn Aqil, dan Al-Asymuni.

Al-Muradi (w. 749 H) menulis dua kitab syarah untuk kitab Tashil al-Fawaid dan Nazham Alfiyah, keduanya karya Ibn Malik. Meskipun syarah ini tidak popular di Indonseia, tetapi pendapat-pendapatnya banyak dikutip oleh ulama lain. Antara lain Al-Damaminy (w. 827 H) seorang sastrawan besar ketika menulis syarah Tashil al-Fawaid menjadikan karya Al-Muradi itu sebagai kitab rujukan. Begitu pula Al-Asymuni ketika menyusun Syarah Alfiyah dan Ibnu Hisyam ketika menyusun Al-Mughni banyak mengutip pemikiran al-Muradi.
Ibnu Hisyam (w.761 H) adalah ahli nahwu terkenal yang karya-karyanya banyak dikagumi oleh ulama berikutnya. Di antara karya itu Syarah Alfiyah yang bernama Audlah al-Masalik yang terkenal dengan sebutan Audlah .Dalam kitab ini ia banyak menyempurnakan definisi suatu istilah yang konsepnya telah disusun oleh Ibn Malik, seperti definisi tentang tamyiz. Ia juga banyak menertibkan kaidah-kaidah yang antara satu sama lain bertemu, seperti kaidah-kaidah dalam Bab Tashrif. Tentu saja, ia tidak hanya terpaku oleh Mazhab Andalusia, tetapi juga mengutip Mazhab Kufa, Bashrah dan semacamnya. Kitab ini cukup menarik, sehingga banyak ulama besar yang menulis hasyiyahnya. Antara lain Hasyiyah Al-Sayuthi, Hasyiyah Ibn Jama’ah, Ha-syiyah Putera Ibn Hisyam sendiri, Hasyiyah Al-Ainiy, Hasyiyah Al-Karkhi, Hasyiyah Al-Sa’di al-Maliki al-Makki, dan yang menarik lagi adalah catatan kaki ( ta’liq ) bagi Kitab al-Taudlih yang disusun oleh Khalid ibn Abdullah al-Azhari (w. 905 H).

Adapun Ibnu Aqil (w. 769 H) adalah ulama kelahiran Aleppo dan pernah menjabat sebagai penghulu besar di Mesir. Karya tulisnya banyak, tetapi yang terkenal adalah Syarah Alfiyah. Syarah ini sangat sederhana dan mudah dicerna oleh orang-orang pemula yang ingin mempelajari Alfiyah Ibn Malik . Ia mampu menguraikan bait-bait Alfiyah secara metodologis, sehingga terungkaplah apa yang dimaksudkan oleh Ibn Malik pada umumnya. Penulis berpendapat, bahwa kitab ini adalah Syarah Alfiyah yang paling banyak beredar di pondok-pondok pesantren, dan banyak dibaca oleh kaum santri di Indonesia. Terhadap syarah ini, ulama berikutnya tampil untuk menulis hasyiyahnya. Antara lain Hasyiyah Ibn al-Mayyit, Hasyiyah Athiyah al-Ajhuri, Hasyiyah al-Syuja’i, dan Hasyiyah Al-Khudlariy. 
Syarah Alfiyah yang hebat lagi adalah Manhaj al-Salik karya Al-Asymuni (w. 929 H). Syarah ini sangat kaya akan informasi, dan sumber kutipannya sangat bervariasi. Syarah ini dapat dinilai sebagai kitab nahwu yang paling sempurna, karena memasukkan berbagai pendapat mazhab dengan argumentasinya masing-masing. Dalam syarah ini, pendapat para penulis Syarah Alfiyah sebelumnya banyak dikutip dan dianalisa. Antara lain mengulas pendapat Putra Ibnu Malik, Al-Muradi, Ibnu Aqil, Al-Sayuthi, dan Ibnu Hisyam, bahkan dikutip pula komentar Ibn Malik sendiri yang dituangkan dalam Syarah Al-Kafiyah , tetapi tidak dicantumkan dalam Alfiyah . Semua kutipan-kutipan itu diletakkan pada posisi yang tepat dan disajikan secara sistematis, sehingga para pembaca mudah menyelusuri suatu pendapat dari sumber aslinya.

KITAB-KITAB KARANGAN IMAM IBNU MALIK.

Beliau memiliki banyak karangan, diantaranya;
  • 1.KITAB ALFIYYAH, yang juga dinamakan AL-KHULASHOH
  • 2.KITAB AL-KAFIYAH dan syarahnya
  • 3.KITAB KAMALUL UMDAH dan syarahnya
  • 4.KITAB LAMIYATUL AF’AL
  • 5.KITAB TASHIL dan syarahnya
  • 6.KITAB Al-‘ALAM
  • 7.KITAB Al-TAUDHIH
  • 8.KITAB Al_QOSIDAH Ath-THOIYYAH
  • 9.KITAB TASHILUL FAWAID

karya beliau yang sangat terkenal digunakan diseluruh dunia, dicintai para pelajar dan para ulama’ adalah kitab alfiyyah.
Karya emas beliau yang lain, yg cukup terkenal bernama Kitab Al-Kafiyah As-Syafiyah, terdiri dari tiga ribu Bait Nadzam yang juga bersyair Bahar Rojaz. Juga Kitab lainnya, karangan beliau yang terkenal bernama: Nadzam Lamiyah al-Af’al yang membahas Ilmu Sharaf, Tuhfatul Maudud yang membahas masalah Maqshur dan Mamdud. Semuanya membahas tentang Tata Bahasa Arab baik Nahwu atau Sharaf.

KISAH SINGKAT IMAM IBNU MALIK MENGARANG KITAB ALFIYYAH.
Imam ibnu malik sewaktu mengarang nadlom alfiyyah, setelah mendapatkan seribu bait, beliau ingin menulis kembali karyanya, namun ketika sampai pada bait;
“FAIQOTAN MINHA BI ALFI BAITIN”
(Alfiyyah ibnu malik mengungguli alfiyyah ibnu Mu’thi dengan menggunakan seribu bait) beliau tidak mampu meneruskan karangannya dalam beberapa hari, kemudian beliau bermimpi dalam tidurnya bertemu seseorang, dan orang itu bertanya;
“katanya kamu mengarang seribu bait yang menerangkan ilmu nahwu”.?
imam ibnu malik menjawab; “iya”
orang itu lalu bertanya; “ sampai dimana karanganmu?”
lalu dijawab; ”sampai pada bait…FAIQOTAN MINHA BIALFI BAITIN”.
Apa yang menyebabkan kamu tercegah menyempurnakan  bait itu?”
lalu dijawab; “saya tidak mampu meneruskan sejak beberapa hari”
lalu ditanya;”apakah kamu ingin menyempurnakannya?”
dijawab “iya”
lalu orang itu berkata; “orang yang masih hidup mampu mengalahkan seribu orang yang mati”
Ibnu malik berkata;” apakah kau ini guruku?, imam ibnu mu’thi?”
lalu dijawab “iya”
kemudian imam ibnu malik merasa malu,dan paginya mengganti separuh bait tersebut dengan bait;
وَهْوَ بِسَبْقِ حَائِزٌ تفضِيْلَا  #  مُسْتَوْجِبٌ ثَنَائِيَ اْلجَمِيْلَا

(ibnu mu’thi memperoleh kedudukan utama, karena beliaulah yang memprakarsainya,dan sepantasnyalah pujian baikku untuknya).Setelah itu imam ibnu malik mampu menyelesaikan kembali karangannya hingga sempurna.

Baik…kini kembali ke pokok judul pembahasan,Redaksi akan berbagi tips trik dalam menghafal bait nadzom alfiyah dan Nadzom Matan lain nya seperti Al Jurumiyyah ( nahwu),Al Imrithi (nahwu),Jauharul Maknun (Balaghoh ) Dll.

Ada beberapa Saran yg saya dapatkan dari beberapa sumber dan cerita mengenai hal-hal yg sebaiknya di lakukan sebelum dan selama proses penghapalan. saran ini berlaku juga untuk menghapal bidang ilmu yang lain terlebih dalam menghafal Al-Qur’an (Tahfidzul Qur’an) karena nadzom Alfiyah begitu banyak 1002 bait,tdk seperti matan Aljjurumiyyah,Alimrithi,Jauharul maknun,dan banyak sekali lafadz’’ yg asing ( Ghorobah )dan sulit utk di ucapkan (Tanafur fi lisan),yg banyak terdapat di 500 bait terakhir nadzom Alfiyah.

Sebelum Menghafal. 

*** Berdo’a dan hadiah fatihah / tawwasul kepada Mushonif/Pengarang Kitab.Bila memungkinkan Usahakan sholat hajat 2 rekaat dan berdo’a sebelum menghafal.     

*** Diri kita sebaiknya dalam keadaan suci baik dari hadas kecil maupun hadas besar.       

*** Selalu mengawali menghafal dengan Membaca bismillah dan do'a serta diakhiri dengan membaca hamdallah dan do'a.       

*** Sediakan waktu yang tetap untuk menghapal dalam setiap harinya.Misalnya pada pagi hari kita melakukan hapalan selama 2 jam, siang 1 jam, dan sore 2 jam. Kemudian ulangi lagi di hari berikutnya pada waktu yang sama dengan jumlah jam yang sama. Alangkah lebih baik bila waktu yang di gunakan untuk menghafal/belajar yaitu waktu yg seperti yg di cantumkan dalam kitab ta'limul muta'alim.Yaitu di sepertiga malam.      
*** Usahakan menghapal di tempat yang tenang, terhindar dari sesuatu yang dapat menggangu konsentrasi. Bila perlu jauhkan/matikan handphone.
 
*** Jangan menganggap sulit hafalan, karna hal ini akan menjadikan sebuah sugesti negatif pada diri anda.
*** POIN PENTING…..Harus Fokus selama proses menghafal ini,jangan sampai terlena oleh godaan godaan lain,Terlebih godaan Wanita / pasangan anda. Kenapa.? Karna di Nadzom Alfiyyah pun sudah di sebutkan :
()  فَأَلِّفُ التَّأْنِيْسِ مُطْلَقَا مَنَعْ  #  صَرْفَ اَّلذِيْ حَوَاهُ كَيْفَمَا وَقَعْ

Yang ma’na tafsirinya seperti yang di tekankan oleh salah satu dari Seorang Kyai.:
Cinta seorang laki laki kepada perempuan itu akan mencegah secara mutlak dari kesuksesan angan angan Dalam hal ini adalah Menghafal Nadzom Alfiyyah.

Teknik menghafal Nadzom/ Matan Ilmiah. 

1. Jika matan tersebut merupakan kumpulan hadits, maka janganlah menghafal lebih dari 5 samapi 10 hadits setiap hari (agar tidak sulit menjaganya).

2. Jika matan tersebut berbentuk prosa, maka janganlah menghafal lebih dari 5 sampai 10 baris setiap hari. 

3. Jika matan tersebut berbentuk syair, maka janganlah menghafal lebih dari 10 sapai 15 bait setiap hari.

Tikror /Mengulang Hafalan. 

1.Hafalkan setiap potongan teks/matan dengan cara mengulanginya 20 kali sesudah waktu subuh dan juga setelah waktu ashar.

2. Jika anda sedang menghafal – sebagai contoh – Alfiyah Ibnu Malik, maka sebelum anda menghafal bait yang baru, bacalah bait yang telah anda hafal pada hari sebelumnya sebanyak 20 kali. Kemudian bacalah menggunakan hafalan/tanpa teks – dari awal matan Alfiyah sampai kepada bait baru yang hendak dihafal. Demikianlah ulangi cara ini setiap hari sampai hafalan anda kuat. 
Tempuhlah jalan ini dalam menghafal setiap matan sambil terus mempelajari ilmu agama, menghadiri majelis-majelis ulama/ustad serta menanyakan masalah-masalah ilmiah yang membingungkan anda kepada ahlinya.

3. POIN PENTING : jangan segan untuk mencari relawan/teman anda utk mengetes hafalan anda. Misal teman anda suruh menyebutkan bait berapa.?bunyi nya apa.? Secara acak dan kontinyu.

Jika memang sudah hafal betul ,Coba tes seberapa kuat hafalan anda,dengan Tikror / Mengulang hafalan di keadaan/tempat ramai. Hal ini akan manjur sekali untuk melatih Konsentrasi kuat nya hafalan anda.
Dengan catatan,jika anda sudah hafal dan dalam masa Tikror / mengulang.

Pengulangan hafalan merupakan jalan paling utama untuk menjaga hafalan. Cara inilah yang telah dipraktekkan oleh para ulama dari dulu hingga sekarang. Adalah Abu Ishaq Asy-Syiraazi mengulangi pelajaran sebanyak seratus kali dan adapun Al-Haraasi mengulanginya sebanyak 70 kali. Dengarkanlah kisah berikut yang menunjukkan kepada anda bahwa sedikitnya pengulangan akan membuat anda cepat melupakan hal yang telah dihafal:

Berkata Ibnul Jauzi: Al-Hasan – yakni Ibnu Abi Bakr An-Naisaaburi – menceritakan tentang seorang faqih (ahli fiqh) yang mengulang pelajaran dirumahnya berkali-kali. Maka berkatalah seorang wanita tua di rumahnya: ‘Cukup, demi Allah, sesungguhnya akupun telah ikut hafal’.
Maka berkatalah si faqih: ‘Ulangilah apa yang telah engkau hafal’, maka wanita tua itu mengulanginya.
Setelah beberapa hari, si faqih berkata kembali: ‘Wahai wanita tua, ulangilah pelajaran yang waktu itu’
maka ia berkata: ‘Aku tidak hafal lagi’.
Berkata si faqih: ‘Aku selalu mengulanginya agar tidak menimpaku yang telah menimpamu (yaitu hilangnya hafalan)’

Maka kesimpulannya, jalan untuk mendapatkan hafalan yang mendalam adalah dengan rajin melakukan pengulangan.

Bagaimana cara muraja’ah/pengulangan hafalan matan ilmiah?

Jika anda telah menghafal berbagai matan-matan ilmiah, maka lakukanlah muraja’ah/pengulangan seluruh matan yang telah dihafal sekali dalam sebulan. Hal ini agar anda mendapatkan hafalan yang lebih dalam dan lebih tepat serta anda lebih cepat dalam pengambilan dalil dengannya.

Catatan:
semua metode penghafalan hanyalah sebuah alat bantu dalam proses menghafal. Karna sesungguhnya kunci kesuksesan dan keberhasilan tergantung pada diri kita. Sejauh mana kita istiqomah, sejauh mana kita punya keinginan, sejauh mana kita berusaha.


*** Di sadur dari berbagai sumber dan Teknik hafalan penulis.
*** Wallohu ‘Alam
*** Semoga Bermanfaat.
*** Redaksi Hisab Pati.

Jumat, 04 April 2014

Biografi K.H Syamsuri Dahlan Pendiri Pondok Sirojuth Tholibin Brabo


Biografi K.H Syamsuri Dahlan Pendiri Pondok Sirojuth Tholibin Brabo Tanggungharjo Grobogan
Biografi K.H Syamsuri Dahlan Pendiri Pondok Sirojuth Tholibin Brabo Tanggungharjo Grobogan

Biografi Syaikhunaa Kyai Syamsuri Bin Dahlan.
( Pendiri dan Pengasuh Pondok Pesantren Sirojuth Tholibin Brabo Tanggungharjo Grobogan ).

MENITI JEJAK PRIBADI YANG BERCAHAYA.
( ADA HIKMAH DI BALIK KISAH ).

Masa Kecil

Kyai Syamsuri, terlahir sebagai putra seorang pemuka agama yang oleh masyarakat dipercaya sebagai imam sebuah mushola di desa Tlogogedong. Mengenai tahun, belum ada data pasti, ada yang berpendapat bahwa beliau lahir pada tahun 1903 dan ada juga yang berpendapat bahwa beliau lahir pada tahun 1905.Kyai Syamsuri adalah putra kedua dari pasangan Kyai Dahlan dan Nyai Muthmainnah. Beliau memiliki seorang kakak bernama Kasmirah dan dua orang adik yaitu Qurthubi dan Fathimah.

Sebagaimana putra seorang pemuka agama, beliau semasa muda sudah diajari pengetahuan keagamaan dasar dengan cukup lengkap, baik dalam hal ibadah, akidah, juga al – Qur’an. Guru yang pertama baginya adalah Kyai Dahlan, ayahnya sendiri. Selain itu, beliau juga belajar kepada KH. Abdurrahman, kakek Kyai Khotib Tlogogedong.

Mulai Belajar Di Pesantren

Setelah mendapat restu dari orangtua, Kyai Syamsuri memulai berkelana menuntut ilmu, mulanya berguru kepada Kyai Irsyad Gablok. Kemudian beliau juga pernah nyantri di Mangkang kepada Kyai Sholeh Darat, Dan di Pesantren Tebu Ireng yang di asuh oleh Kyai Hasyim Asy’ari. Disamping itu, beliau juga pernah belajar fan hadist (Shohih Bukhori dan Muslim) kepada Kyai Hasan Asy’ari di Poncol.

Tempat lain yang pernah disinggahi Kyai Syamsuri untuk menimba ilmu adalah Pesantren Tegalsari Bringin yang diasuh oleh Kyai Tholhah. Kemudian berguru kepada KH. Syarqowi Tanggung, Kyai Syamsuri belajar kepada KH. Syarqowi selama 3 tahun. Ia merupakan santri kesayangan. Hal ini, karena KH. Syarqowi melihat kekhususan yang muncul dari pribadi Kyai Syamsuri. Sosok Kyai Syamsuri dikenal sangat tekun dalam menuntut ilmu juga dalam mengajarkannya. Karena ketekunannya tersebut, KH. Syarqowi memilihnya sebagai menantu, disamping itu ada hal lain yang membuat KH. Syarqowi menjadikannya menantu. Konon, saat hendak sholat tahajud, KH. Syarqowi kaget melihat sinar cemerlang dari tubuh seorang santri. Setelah ditelusuri, rupanya santri yang tubuhnya bersinar tersebut adalah Kyai Syamsuri.

Guru yang cukup berpengaruh pada pribadi Kyai Syamsuri adalah mertuanya sendiri, KH. Syarqowi Tanggungharjo. Hal itu, terbaca dari sikap dan tindakan Kyai Syamsuri yang selalu bercermin pada KH. Syarqowi. Dalam hal tarekat, Kyai Syamsuri mengambil sanad kepada Kyai Syarqowi, tepatnya tarekat Naqsabandiyah Kholidiyah.

Mendirikan Pondok Pesantren Sirojuth Tholibin

Bermula dari permintaan para tokoh agama Brabo, Mbah Idris (kakek KH. Wahab Idris, pengasuh PP. Annasriyyah) dan Mbah Hasan Khudhori, keduanya meminta agar KH. Syarqowi menanamkan santrinya di desa Brabo. Karena waktu itu, Brabo masih minim orang alim. Awalnya KH. Syarqowi menanamkan menantunya yaitu Kyai Ma’shum untuk tinggal di Brabo. Namun karena alasan tertentu, Kyai Ma’shum memutuskan untuk meninggalkan Brabo. Hingga akhirnya, KH. Syarqowi memilih Kyai Syamsuri untuk menggantikan Kyai Ma’shum. Begitulah awal mula kisah hijrahnya Kyai Syamsuri ke desa Brabo.

Dengan bermodal ketaatan kepada guru dan do’a restu KH. Syarqowi, mulailah Kyai Syamsuri berjuang menegakkan Islam di desa Brabo. Metode dakwah Kyai Syamsuri yaitu mendekati masyarakat dengan cara yang halus, berkunjung dari rumah ke rumah, juga menghadiri hajatan warga Brabo meskipun yang melangsungkan hajatan jarang sholat, artinya Kyai Syamsuri ngewongi (menghargai, dan turut membantu) ketika orang Brabo punya hajatan. Karena kesabaran dan keuletannya inilah, akhirnya Kyai Syamsuri berhasil merebut hati dan simpati masyarakat.

Meski kehadirannya di Brabo atas permintaan para tokoh agama, namun Kyai Syamsuri tidak pernah merebut tampuk kepemimpinan keagamaan di Brabo. Ia selalu mengingat pesan gurunya, “ ojho pengen dadi pengarep” (jangan berambisi menjadi pemuka).

Kemudian, diperkirakan pada tahun 1941 berdirilah sebuah pesantren sebagai tempat Kyai Syamsuri mengajarkan ilmu kepada para santrinya. Masyarakat mengenal pondok pesantren ini dengan sebutan Pondok Pesantren Brabo. Namun sebutan tersebut dipandang kurang tepat, kemudian beliau menamakan pesantren tersebut dengan nama “Sirojuth Tholibin” yang bermakna lentera penerang bagi mereka yang menuntut ilmu. Nama ini dimaksudkan agar para santri yang menuntut ilmu benar – benar memperoleh ilmu yang bermanfaat, yang bisa menerangi jalan kehidupan. Juga sebagai bentuk tabarukan ( ngalap berkah ) kepada ulama, terutama Syaikh Muhammad Ihsan Jampes Kediri ( penulis kitab Sirojuth Tholibin ), nama kitab yang diabadikan sebagai nama pesantren. Ada juga yang menemukan faktor lain penamaan tersebut, karena menurut Kyai Muhlas Siroj, pengambilan nama Sirojuth Tholibin tersebut boleh jadi karena ayah Syaikh Ihsan juga memilki kesamaan nama dengan ayah Kyai Syamsuri, yaitu Kyai Dahlan.

Dalam mengasuh dan mendidik para santri, Kyai Syamsuri selalu bersikap halus dan tidak pernah berlaku kasar, begitu juga yang diterapkan dalam keluarganya. Kyai Syamsuri lebih mengedepankan lisanul hal (perintah aksi) daripada lisanul maqal (perintah verbal), jika memang terpaksa memakai lisanul maqal, maka ia lakukan dengan ucapan yang lembut dan sopan.

Pribadi yang bercahaya

“ Ben omahe dewe elek, ora sugih, asal anak putu mulyo”(tidak masalah rumah kita jelek dan tidak kaya, asalkan nanti anak dan cucu kita jadi orang terhormat)

Merupakan salah satu ungkapan Kyai Syamsuri yang sempat di ujarkan kepada istri beliau, Nyai Mushlihah. Dengan kata-kata tersebut menunjukkan bahwa beliau hidup dengan kesederhanaan, tidak ada rasa khawatir akan kondisi beliau yang sering terjepit dalam berjuang. Hal itu nampak dari cara beliau berpakaian yang selalu sederhana dan apa adanya. Konon, Kyai Syamsuri setiap pagi tidak pernah makan nasi. Ia hanya makan thiwul atau ceriping.

Beliau juga merupakan pribadi yang penyabar dan santun, hampir tidak pernah menampakkan wajah yang suram, melainkan selalu menampakkan wajah yang sumeh (murah senyum). Beliau gemar sekali silaturrahim dan juga sangat menghormati tamu. Tercatat dalam sebuah cerita, suatu ketika dari kejauhan tampak serombongan hendak menuju kediaman Kyai Syamsuri. Menyadari hal itu, Kyai Syamsuri segera meminta istrinya untuk menyiapkan teh guna menjamu tamu (serombongan orang tersebut). Ternyata serombongan orang itu hanya lewat hendak menuju ladang mereka. Bahkan dari penuturan Kyai Mukhlas Siroj, Kyai Syamsuri menanam pisang dan ketela di kebun hanya untuk menyuguhi tamu.

Kyai Syamsuri selalu istiqomah dalam segala ritual dan kesehariannya, termasuk dalam hal mengaji. Bahkan setelah bepergian, meskipun lelah, ia tetap mengajar santri – santrinya. Dalam keadaan sakitpun, ia tidak pernah absen mengajar. Ia juga sangat istiqomah dalam melaksanakan ibadah, seperti puasa dan sholat sunnah.

Begitu luhurnya akhlak Kyai Syamsuri, hingga ia memiliki harapan yang sangat mulia. Ia menyampaikan harapan itu, lewat sebuah pesan yang tertulis dalam bahasa arab. Kyai Syamsuri berharap kepada Kyai Baidlowi dan Kyai Anshor agar tetap bermukim di Brabo. Ia juga berpesan kepada Kyai Baidlowi, “Aku lek ku mbales karo wong Brabo durung sepiro, kowe mbaleso karo wong Brabo seng luwih apik” (saya belum bisa membalas kebaikan masyarakat Brabo dengan sempurna, balaslah segala kebaikan masyarakat Brabo sebaik mungkin).

Berpulang Ke Rahmatulloh

Kemudian pada tahun 1986 – 1988 Kyai Syamsuri mulai sakit ketika beliau terjatuh di kolah saat hendak mengambil air wudhu untuk sholat tahajjud,pelbagai upaya dilakukan demi kesembuhan beliau. Beliau juga sempat dirawat di rumah sakit Rumani selama 1 bulan, saat Bu Hj Millaty Azka (putri kedua KH. Baidlowie) lahir. Yang menemani adalah H. Zainal Arifin (malam) kemudian Zainun dan Abdul Mukit AH, Rusdi Solo (siang). Selain itu beliau juga pernah pijat di Semarang selama 2 atau 3 bulan dan mendapatkan pengobatan pijat syaraf di Ngembel. Sakit yang dominan dimiliki beliau adalah sakit kaki. Saat beliau sakit, pernah ditawari khodamnya untuk ditempatkan dikasur yang empuk supaya lebih nyaman, tapi beliau menolak dengan alasan bahwa beliau tidk ingin mengurangi nikmat yang ada di surga kelak. Sampai akhirnya tepat ba’da maghrib, malam rabu legi, 23 Shofar ( 4 Oktober 1988 ) Kyai Syamsuri berpulang ke Rahmatullah. Suasana saat itu mendung dan langit pun ikut berduka.

Prosesi pemberangkatan jenazah, rencananya jenazah kyai Syamsuri akan dikebumikan pada pukul 10.00 WIB keesokan harinya. Namun, ternyata harus molor hingga pukul 16.30 WIB karena banyaknya pelayat yang berdatngan. Tercatat 18 jamaah turut mensholati jenazah Kyai Syamsuri. Bahkan, ketika jenazah akan dikebumikan, masih ada sekelompok orang yang hendak mensholati.

==========================================

Begitulah sepenggal jejak pribadi yang bercahaya, Kyai Syamsuri Dahlan, yang memulai segalanya dari bawah hingga mampu meletakkan tonggak sejarah Pesantren. Juga melahirkan dinasti yang meneruskan estafet kepemimpinannya. Semoga bermanfaat . Teriring do’a kepada Almarhum Almaghfurlah Kyai Syamsuri Dahlan, Al Fatihah……

=========================================
***** informasi selengkapnya dapat anda temukan dalam buku Jejak Pribadi yang Bercahaya.

Source : http://sirojuth-tholibin.net/biografi-kyai-syamsuri-dahlanayahanda-k-h-baidlowi-syamsuri/