Baca juga tulisan menarik lainnya
Menikahlah, Mungkin Kau Akan Kaya.
Di kisah kan dulu ada seorang sahabat nabi yang menetapkan diri untuk tidak menikah. Masalah ekonomi adalah merupakan alasan utama mengapa dia ingin hidup membujang. Dan untuk mengisi hari-harinya,dia selalu mengisinya untuk berkhitmat kepada nabi, tiap hari dia berada di rumah beliau dengan harapan bisa meladeni segala keperluan utusan Allah tersebut.
Nabi melihat bahwa sahabat yang satu ini sudah layak untuk menikah. Maka, di suatu saat nabi bertanya kepada nya, "Mengapa kamu tidak menikah?".
"Ya Rasulullah, aku ini seorang yang miskin, tidak punya apa-apa. Aku sudah bertekad untuk mengabdikan diri kepadamu,"jawabnya.Nabi hanya diam.
Namun pada kesempatan lain nabi mencoba untuk menanyainya lagi. Dan sama dengan jawaban yang pertama, sahabat itupun menjawab bahwa dia tidak mau menikah sebab alasan ekonomi. Sepenuhnya dia menyadari bahwa dia tak berpunya. Apa yang bisa dia gunakan untuk menikah? Apa yang bisa dia gunakan untuk membiayai kehidupan anak istrinya kelak?.
Begitulah waktu berjalan terus. Dalam hati sahabat satu ini mulai berfikir dan bergumam sendiri dalam hati, "Demi Allah, nabi pasti tahu apa yang baik untukku dalam kehidupan di dunia dan di akhirat. Nabi pun pasti tahu apa yang bisa mendekatkan aku kepada Allah. Jika nanti nabi bertanya lagi kepadaku tentang masalah nikah ini untuk yang ketiga kalinya, aku pasti akan segera beristri!".
Benar dugaan sahabat ini. suatu hari nabi ternyata bertanya lagi kepadanya untuk yang ketiga kali. "Mengapa kamu tidak beristri?" tanya nabi.
Tanpa pikir panjang sahabat ini langsung menjawab, "Nikahkanlah aku, wahai nabi!"
Mendengar kesediaan itu nabi kontan nabi langsung menyuruh sahabat tersebut untuk mendatangi salah satu keluarga untuk meminang. "Datanglah kepada keluarga si fulan. Katakan kepadanya bahwa nabi menyuruh kalian untuk menikahkan aku dengan anak perempuan kalian"
Untuk beberapa saat sahabat tadi tertegun, "Ya Rasulullah, aku tak punya apa-apa!" katanya meyakinkan nabi bahwa untuk saat itu dia tak akan sanggup membiayai perkawinannya. Mendengar pengakuan itu nabi tak tinggal diam. Beliau segera memerintahkan kepada para sahabat lain untuk mengumpulkan setail emas sebagai mas kawin. Setelah terkumpul, maka terlaksalah pernikahan itu. Untuk biaya walimah para sahabat gotong royong mendapatkan seekor kambing jantan.
Demikian fakta sejarah yang pernah terjadi di masa nabi,karena miskin dan takut miskin seseorang enggan untuk melakukan pernikahan. Dan kekhawatiran seperti itu kini ternyata banyak terjadi. Banyak orang merasa takut menikah karena alasan ekonomi. Para perjaka pun biasanya mempunyai kekhawatiran yang berlebihan,apakah mereka akan mampu mencukupi kebutuhan anak dan istrinya kelak jika mereka membina keluarga.
Alasan enggan menikah karena masalah ekonomi memang bisa diterima akal,bila saat sendiri saja belum bisa membiayai kebutuhannya sendiri, maka bagaimana mungkin nanti bisa membiayai hidup istri dan anak-anaknya? Apalagi bagi mereka yang belum punya pekerjaan tetap, dan atau sudah punya pekerjaan namun gajinya pas-pasan. Tentu kondisi seperti itu akan memunculkan kekhawatiran yang berlebihan hingga perasaan tersebut menjadi rasa takut yang terkadang tak beralasan.
Dalam hal ini ada baiknya kita simak kembali sebuah ayat Al Qur’an yang secara tegas menyerukan kepada manusia untuk menikah dengan tanpa mempertimbangkan masalah kemampuan ekonomi:
"Dan kawinlah orang-orang yang sendirian diantara kamu, dan orang-orang yang layak (berkawin) dari hamba-hamba sahayamu yang laki-laki dan hamba sahayamu yang perempuan; jika mereka miskin Allah pasti akan memampukan (menjadikan kaya) mereka dengan karunia-Nya. Dan Allah Maha luas (pemberian-Nya) lagi Maha Mengetahui" (QS.An Nur: 32).
Secara tegas Allah menyatakan dalam ayat itu bahwa Dia akan mencukupi kebutuhan seseorang yang mau menikah, walaupun sebelumnya kondisi ekonominya miskin. Dari ayat diatas, seakan-akan Allah memerintahkan kepada umat Muhammad; menikahlah jangan kau khawatirkan apakah kelak setelah menikah kau bisa mencukupi kebutuhan hidup keluarga atau tidak. Selagi kau mau usaha, pasti Allah akan mencukupi kehidupanmu..!!!!
Ini adalah janji Allah, dan Dia sama sekali tak pernah mengingkari janji-Nya.
Dalam ayat yang lain Allah pun menjanjikan hal yang sama:
"Dan janganlah kamu membunuh anak-anakmu karena takut miskin. Kami (Allah) yang akan memberi rezeki mereka dan juga kepadamu. Sesungguh nya membunuh mereka adalah suatu dosa yang besar" (QS. Al Isra’: 31)
Jadi Allah sendiri telah berjanji akan menjamin ekonomi kita sekaligus anak-anak yang kita lahirkan. Kalau Allah sudah berjanji seperti itu mengapa kita mesti takut.?! Kita harus menanamkan keyakinan penuh bahwa Allah pasti akan menolong hamba-hamba-Nya yang mau menikah. Jadi jangan sekali-kali merasa takut menikah karena alasan ekonomi. Kekhuatiran sebelum menikah memang wajar, namun jangan sampai kekhuatiran itu menjadi ketakutan yang tak beralasan.
Bila dilihat dari realitas kehidupan nyata, ada banyak contoh kasus betapa setelah seseorang menikah ternyata tingkat ekonominya bisa lebih mapan ketimbang sebelumnya. Janji Allah dalam hal ini bisa dilewatkan dalam beberapa hal; setelah seseorang menikah biasanya alur pikiran dan tingkat kedewasaannya akan muncul. Kesadaran bahwa status diri sudah menikah adalah merupakan salah satu indikasi bahwa Allah telah memberi jalan keluar bagi orang yang sudah berkeluarga untuk mengatasi masalah ekonominya. Dengan kesadaran yang diberikan Allah, itu adalah sebuah modal besar bagi seseorang untuk melangkah lebih jauh. Dengan kesadaran etos kerja akan lebih meningkat; kalau sebelum menikah biasanya perjaka enggan untuk kerja, apalagi jenis kerjanya itu tidak membawa gengsi, maka setelah menikah dimana dia merasa sudah punya tanggungan mau tidak mau dia harus bekerja. Dari sini saja sudah dapat dilihat betapa orang yang sudah menikah itu lebih banyak rezekinya dari pada orang yang belum menikah. Secara spikologis pun hal ini bisa dibaca; saat seseorang belum menikah, ia merasa tak punya tanggungan, makanya ia kerja seenaknya; punya uang syukur, tak punya pun tak apa-apa. Namun perasaan seperti ini ternyata tak terdapat dalam kebanyakan orang yang sudah menikah.
Secara psikologis orang yang sudah berkeluarga merasa punya beban tanggung jawab, makanya mereka harus bekerja untuk bisa mencukupi tanggung jawabnya. Lagi-lagi dari sini dapat disimpulkan bahwa tingkat pengangguran lebih banyak didominasi oleh mereka yang belum menikah ketimbang yang sudah berkeluarga.
Kenyataan seperti diatas adalah merupakan tanda betapa Allah pasti akan menolong orang-orang yang sudah berkeluarga dalam hal ekonomi. Contoh yang disebutkan di atas hanya merupakan salah satu jalan yang diberikan Allah kepada mereka yang sudah menikah. Jauh lagi dari itu, masih banyak jalan yang akan diberikan Allah untuk menolong orang-orang yang mau melaksanakan ibadah yang berupa nikah ini. Percayalah bahwa kalau Allah memerintahkan menikah, itu artinya Dia tak akan pernah membiarkan hamba-hamba-Nya yang mau melaksanakan perintah itu kelaparan. Jadi, tunggu apalagi; kalau memang ingin menjadi orang yang yang bahagia serba berkecukupan baik secara materi mau pun immateri, megapa tidak langsung menikah?!.
Percayalah bahwa dengan menikah kondisi ekonomi kita akan bisa lebih meningkat..!
Wa Allohu A'lam........