Baca juga tulisan menarik lainnya
Dalam kitab "Durrotun Nasihin" pada bab Lailatul Qadr di kisahkan.
Suatu ketika Nabi Muhammad saw mendapat berita dari seorang yang tua
dari kaum Israil, kisah seorang pejuang Allah yang bernama Syam'un
Al-Ghazi.
Syam’un memiliki senjata semacam pedang yang terbuat dari tulang rahang unta bernama Liha Jamal. Konon, hanya dengan pedang satu ini dia dapat membunuh ribuan orang kafir. Siapapun musuh yang berhadapan dengannya, pasti akan hancur dengan pedang ajaibnya.
Tidak hanya itu, bahkan ketika dia merasa haus dan lapar, dengan perantara pedangnya pula Allah memberikan makanan dan minuman.
Dengan segala kehebatannya itu, ia dibenci oleh para musuh, terutama dari golongan orang kafir. Akhirnya, dibuatlah rencana untuk membunuh Syam’un.
Mereka kemudian memanfaatkan Istri Syam’un, yang kebetulan kafir, untuk ikut membantu membunuh Syam’un. Setelah dirayu dengan imbalan yang menggiurkan, sang istri mengiyakan ajakan kaum kafir untuk membunuh Syam’un.
Maka orang kafir memberikan ide agar dia mengikat tangan dan kaki Syam’un sewaktu tidur, untuk kemudian akan dibunuh dengan beramai-ramai. Rencana tersebut awalnya berjalan mulus. Namun, ketika bangun, Syam’un dengan mudah dapat melepaskan tali yang mengikatnya dengan satu ucapan doa.
Gagal dengan rencana pertama, orang kafir menyusun rencana lainnya, yakni Syam’un diikat dengan rantai besi. Namun, dengan sekali hentakan Syam’un dapat menghancurkan rantai tersebut.
Karena penasaran, sang istri bertanya kepada Syam’un. “Kamu ini kan manusia, pasti suatu saat mati juga. Tapi apa dan bagaimana kelemahanmu?”
“Kelemahanku sebenarnya rambutku sendiri,” jawab Syam’un.
Lalu, pada suatu malam di saat orang tidur, istri Syam’un memotong rambut suaminya yang panjang kemudian diikatkan ke badan Syam’un. Berhasil, esoknya Syam’un benar-benar tidak bisa bergerak.
Kabar ini segera diumumkan kepada semua orang kafir, bahwa Syam'un sudah terjerat. Kemudian, Syam’un yang sudah tidak berdaya dibawa ke sebuah gedung untuk dieksekusi.
Pada saat itu, Allah menurunkan Malaikat Jibril untuk membantu Syam’un. “Apa permintaanmu pada Allah?” tanya Malaikat Jibril kepada Syam’un.
Kemudian dijawab Syam’un, “Aku minta hanya satu, kekuatan dari Allah! Bismillah. La haula wa la quwwata illa billah!
Seketika itu juga, tiang-tiang yang menyangga gedung menjadi ambruk, seluruh gedung pun runtuh menimpa semua orang kafir, termasuk Istri Syam’un hingga mereka semua meninggal.
Ketika Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menceritakan kisah ini kepada para sahabat, salah satu dari mereka ada yang bertanya, “Ya Rasulullah! Berapa tahun dia berperang melawan orang kafir?”
“70 tahun,” jawab nabi.
“Lalu, berapa besar pahalanya orang ini?” tanya sahabat kembali.
Sebelum dijawab Nabi, Allah menurunkan jawaban yang terdapat pada surah Al-Qadr. Inna Anzalnahu fi Lailatil Qadr....” .
Syam’un memiliki senjata semacam pedang yang terbuat dari tulang rahang unta bernama Liha Jamal. Konon, hanya dengan pedang satu ini dia dapat membunuh ribuan orang kafir. Siapapun musuh yang berhadapan dengannya, pasti akan hancur dengan pedang ajaibnya.
Tidak hanya itu, bahkan ketika dia merasa haus dan lapar, dengan perantara pedangnya pula Allah memberikan makanan dan minuman.
Dengan segala kehebatannya itu, ia dibenci oleh para musuh, terutama dari golongan orang kafir. Akhirnya, dibuatlah rencana untuk membunuh Syam’un.
Mereka kemudian memanfaatkan Istri Syam’un, yang kebetulan kafir, untuk ikut membantu membunuh Syam’un. Setelah dirayu dengan imbalan yang menggiurkan, sang istri mengiyakan ajakan kaum kafir untuk membunuh Syam’un.
Maka orang kafir memberikan ide agar dia mengikat tangan dan kaki Syam’un sewaktu tidur, untuk kemudian akan dibunuh dengan beramai-ramai. Rencana tersebut awalnya berjalan mulus. Namun, ketika bangun, Syam’un dengan mudah dapat melepaskan tali yang mengikatnya dengan satu ucapan doa.
Gagal dengan rencana pertama, orang kafir menyusun rencana lainnya, yakni Syam’un diikat dengan rantai besi. Namun, dengan sekali hentakan Syam’un dapat menghancurkan rantai tersebut.
Karena penasaran, sang istri bertanya kepada Syam’un. “Kamu ini kan manusia, pasti suatu saat mati juga. Tapi apa dan bagaimana kelemahanmu?”
“Kelemahanku sebenarnya rambutku sendiri,” jawab Syam’un.
Lalu, pada suatu malam di saat orang tidur, istri Syam’un memotong rambut suaminya yang panjang kemudian diikatkan ke badan Syam’un. Berhasil, esoknya Syam’un benar-benar tidak bisa bergerak.
Kabar ini segera diumumkan kepada semua orang kafir, bahwa Syam'un sudah terjerat. Kemudian, Syam’un yang sudah tidak berdaya dibawa ke sebuah gedung untuk dieksekusi.
Pada saat itu, Allah menurunkan Malaikat Jibril untuk membantu Syam’un. “Apa permintaanmu pada Allah?” tanya Malaikat Jibril kepada Syam’un.
Kemudian dijawab Syam’un, “Aku minta hanya satu, kekuatan dari Allah! Bismillah. La haula wa la quwwata illa billah!
Seketika itu juga, tiang-tiang yang menyangga gedung menjadi ambruk, seluruh gedung pun runtuh menimpa semua orang kafir, termasuk Istri Syam’un hingga mereka semua meninggal.
Ketika Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menceritakan kisah ini kepada para sahabat, salah satu dari mereka ada yang bertanya, “Ya Rasulullah! Berapa tahun dia berperang melawan orang kafir?”
“70 tahun,” jawab nabi.
“Lalu, berapa besar pahalanya orang ini?” tanya sahabat kembali.
Sebelum dijawab Nabi, Allah menurunkan jawaban yang terdapat pada surah Al-Qadr. Inna Anzalnahu fi Lailatil Qadr....” .
Source : nu.or.id
Disarikan dari tausiyah yang disampaikan Rais Syuriyah PCNU Kabupaten Sukoharjo, KH Ahmad Baidlowi.
Disarikan dari tausiyah yang disampaikan Rais Syuriyah PCNU Kabupaten Sukoharjo, KH Ahmad Baidlowi.
0 komentar:
Posting Komentar
Berkomentarlah Yang Baik