Baca juga tulisan menarik lainnya
Kabar Pesantren - Jauh
sebelum ramainya pembicaraan Islam Nusantara, Pesantren Sirojuth
Tholibin Brabo Grobogan, Jawa Tengah telah lama konsisten dalam mengkaji
tafsir karya ulama Nusantara rutin setiap bulan Ramadhan yaitu kajian
Tafsir Jami’ul Bayan karya Syech Muhammad Bin Sulaiman, Solo.
“Tafsir Jami’ul Bayan telah dikaji di pesantren ini sejak Allahu Yarham
Bapak saya (Drs KH Ahmad Baedlowie Syamsuri, Lc – red) hingga
sekarang,” ungkap KH Muhammad Shofi Al-Mubarok Pengasuh Pesantren
Sirojuth Tholibin Brabo Grobogan.
Kitab
tersebut, lanjut alumnus pesantren Krapyak dan Lirboyo ini, sudah
dicetak ribuan eksemplar serta diajarkan kepada para santri Sirojuth
Tholibin. Namun hingga kini belum ada pihak yang mencetak serta
menyebarluaskan di kalangan akademisi maupun masyarakat luas sehingga
banyak masyarakat yang belum tahu, hanya masih di kalangan tertentu
saja.
Syech
Muhammad bin Sulaiman merupakan menantu KH Ahmad Shofawi Mangkuyudan
Solo. Ia mendapat sanad Al Qur’an bil ghoib dari gurunya Syaikh Dimyati
Tremas, Syaikh Muhammad Abdul Bari Al-Madani, Syaikh Muhammad Munawir
bin Abdullah Rosyad Krapyak Yogyakarta dan Syaikh Muhsin bin Abdullah
Assegaf Solo.
Sanad ke tujuh dari Rasulullah
Ada yang
unik dalam sanad Syech Muhammad bin Sulaiman seperti yang diungkapkan
oleh Hj Maemunah Baedlowie, salah satu murid yang mendapat sanad
langsung dari Syech Muhammad. Selain ia mempunyai empat sanad dari empat
guru tersebut, ia juga mempunyai sanad ke tujuh dari Rasulullah SAW.
Jalur ini didapat dari gurunya Syaikh Muhsin bin Abdullah Assegaf.
“Sanad
ini didapat dari guru Beliau, Syaikh Muhsin. Di atasnya ada perawi
berupa jin. Karena makhluk ini mempunyai umur sangat panjang, maka
memungkinkan jalur sanadnya sangat pendek. Jika pada umumnya sanad
sekarang mencapai tingkatan tiga puluh lebih, Syech Muhammad hanya ke
tujuh dari Rasulullah,” tutur Hj Maemunah.
[sirojuth-tholibin.net]
0 komentar:
Posting Komentar
Berkomentarlah Yang Baik