Baca juga tulisan menarik lainnya
Kabar Pesantren - Pondok Pesantren Raudlatul Ulum yang berdiri megah di Desa Guyangan,
Kecamatan Trangkil, Kabupaten Pati, Provinsi Jawa Tengah didirikan oleh
Almaghfurlah KH Suyuthi Abdul Qodir pada awal 1950-an. Sejak awal
berdirinya, pesantren ini terus-menerus mengalami perkembangan dinamis.
Dari hanya belasan santri yang mondok hingga membengkak menjadi 5426 santri pada Am Dirasiy
2014/2015. Dari hanya memiliki sarana prasarana pendidikan yang amat
sederhana hingga prasarana pendidikan dan kesehatan yang cukup
representatif. Rumah Sakit As-Suyuthiyyah menjadi bukti pesantren ini
sangat peduli kesehatan santri dan warga sekitar.
Setelah Sang Pendiri wafat pada Selasa 4 Dzulqa’dah 1979, putra-putra
kebanggaan Mbah Suyuthi pun “turun gunung” untuk mengawal Pesantren
Guyangan. Sayangnya, KH Salim Suyuthi (putra kedua, wafat 2001) dan KH M
Humam Suyuthi (putra kelima, wafat 2010) tidak berumur panjang.
Kiai Salim dan Kiai Humam dipanggil ke haribaan-Nya dalam usia
relatif muda. Akhirnya, tersisalah KH Faruq Suyuthi yang setia
mendampingi adik bungsunya, KH M Najib Suyuthi, memegang tongkat estafet
kepemimpinan Pesantren Guyangan hari kini.
Menurut Kiai Najib, santri Guyangan tidak hanya diajarkan
intelektual. Namun juga menekankan pentingnya akhlakul karimah. “Santri
Raudlatul Ulum harus lolos ujian munaqasyah, harus hafal juz amma,
harus mencapai nilai standar. Berapa kali sepanjang belum memenuhinya,
maka dia akan mengulang,” tegasnya.
Dalam melaksanakan proses belajar mengajar, Pesantren Guyangan
mengacu pada materi-materi pelajaran berbasis kitab kuning. Selain itu,
juga dilengkapi dengan kurikulum Kemenag dan Kemendikbud. Wal hasil,
seluruh mata pelajaran untuk setiap jenjang bisa mencapai angka 30-an.
Untuk sekolah lain tidak lebih 20 mata pelajaran.
Hafalan, syarat kenaikan kelas
Setiap santri Guyangan harus siap dengan aneka syarat kenaikan kelas.
Syarat mutlak kenaikan kelas di semua jenjang pendidikan antara lain:
untuk tingkat Ibtidaiyah, Diniyah, dan Tsanawiyah harus hafal Nahwu (al-Nahwu al-Wadlih) dan Shorof (al-Amtsilat al-Tashrifiyah), untuk tingkat Tsanawaiyah harus hafal Nahwu 1000 bait (Alfiyah Ibnu Malik), untuk tingkat Aliyah harus hafal matan al-Qawaid al-Fiqhiyah 525 bait.
Tradisi menghafal ini, bagi Kiai Najib, sangat mendukung dalam
memahami kitab kuning. Pemberlakuan syarat hafalan ini telah dilakukan
sejak Raudlatul Ulum didirikan. Tujuannya, memberi bekal santri mengasah
kecerdasan. Untuk madrasah atau pesantren di Pati, tinggal Guyangan dan
Mathaliul Falah Kajen asuhan KH MA Sahal Mahfudh yang masih
mempertahankan hafalan sebagai kenaikan kelas secara turun-temurun.
Kecuali Persyaratan di atas, khusus para santri kelas XII MA
dinyatakan tamat dari Pesantren Raudlatul Ulum apabila lulus Ujian
Munaqasyah. “Ujian khusus kelas XII (3 Aliyah-red) ini meliputi Baca
Kitab Kuning, Hafalan Al-Qur’an 1 Juz, Conversation Bahasa Inggris, Muhadatsah Bahasa Arab, dan membuat Karya Tulis Ilmiah,” papar Kiai Najib.
Selain itu, para santri juga diharuskan meraih nilai standar 75.
Tentang Kelakuan, Kerajinan/Kedisiplinan, Kerapian dan Kebersihan,
setiap santri juga harus meraih minimal nilai B dalam aspek ini. Karena sudah teruji sejak awal, santri Guyangan pun tampil percaya
diri ketika lulus. Menurut Ahmad Minan Abdillah, salah seorang pengajar
di Guyangan, alumni Guyangan tercatat melanjutkan pengembaraan
intelektualnya di 31 kampus baik negeri maupun swasta di dalam negeri.
“Selebihnya di 11 kampus mancanegara. Mayoritas di Al-Azhar Kairo
Mesir,” ujar salah satu cucu Mbah Suyuthi ini.
Gus Minan menambahkan, tak heran jika Pesantren Raudlatul Ulum
memiliki hubungan baik dengan Al-Azhar. Sehingga dosen pengajar bahasa
Arab berkebangsaan Mesir pun diperbantukan di Guyangan oleh pihak
Al-Azhar.
Dari tahun ke tahun, Pesantren Raudlatul Ulum selalu meraih prestasi
gemilang baik di bidang Intelektual, Olah Raga dan Seni mulai tingkat
Kabupaten, Provinsi hingga Nasional. Prestasi tingkat nasional antara
lain masuk sepuluh besar Debat Bahasa Inggris, Musabaqoh Fahmi Kutubit
Turats (MFKT) di Jambi. Juara I, Juara III, Juara Harapan II dan III
pada Lomba Penulisan Proposal Wirasantri Mandiri Tingkat Nasional di
Solo.
“Santri Guyangan juga menjuarai Musabaqoh Qiro’atul Kutub (MQK)
Tingkat Nasional di Banjarmasin (Tingkat Ula Bidang Akhlaq, Lughoh, dan
Tafsir) serta Juara Lomba Mengarang Berbahasa Inggris Tingkat Nasional,
dan Juara II bidang Nahwu dan Tarikh pada Musabaqoh Fahmi Kutubit Turats
Tingkat Nasional di NTB,” ujar Gus Minan.
Man jadda wajada
Sedari awal, Santri Guyangan telah akrab dengan kitab kuning. Untuk tingkat tsanawiyah, misalnya, mereka belajar Alfiyah Ibn Malik (Nahwu/Shorof), Tuhfat al-Thullab (Fiqh), Tafsir al-Jalalain (Tafsir), Bulugh al-Maram (Hadis), Dasuqi ala Ummi al-Barahin dan al-Husun al-Hamidiyyah (Tauhid), Ta’lim al-Muta’allim (Akhlaq), Lathaif al-Isyarat (Ushul Fiqh).
“Lalu, Jauhar al-Maknun (Balaghah), Matn al-Rahabiyah (Ilmu Faraid), Durus al-Falakiyah (Ilmu Falak), Minhat al-Mughits (Musthalah Hadis), Mukhtashar Syafi (Ilmu Arudl). Nah, untuk Arudl ini hanya santri putri yang mempelajarinya,” ujar Kiai Najib.
Sedangkan untuk jenjang Aliyah, lanjut Kiai Najib, Fath al-Wahhab (Fiqh), Tafsir al-Jalalain (Tafsir), Tajrid al-Sharih (Hadis), Maraqi al-Ubudiyyah (Akhlaq), Tarikh al-Tasyri’ al-Islamiy (Sejarah Islam), Ghayat al-Wushul (Ushul Fiqh), Uqud Al-Juman (Balaghah), Fath al-Rauf al-Mannan (Ilmu Falak).
“Kemudian, al-Asybah Wa an-Nadhair (Qawaid al-Fiqhiyyah), Minhat al-Mughits (Musthalah Hadis), Ilmu Tafsir al-Suyuthi (Ilmu Tafsir), dan Idhahu al-Mubham (Mantiq). Nah, kalau Mantiq ini hanya dipelajari santri putra,” papar bapak dua anak ini.
Muatan lokal yang masih utuh dan asli ini, tambahkan Kiai Najib, lalu
dijumlah dengan kurikulum lainnya sehingga total 32 mata pelajaran.
“Ini tentu sangat berat. Meski demikian, Insya Allah ini tidak
memberatkan dan menjadi beban sepanjang para santri memiliki komitmen
dan kesungguhan. Saya sering katakan pada anak-anak, man jadda wajad (siapa sungguh-sungguh, akan sukses),” pungkasnya. (Musthofa Asrori/Anam)
0 komentar:
Posting Komentar
Berkomentarlah Yang Baik