Baca juga tulisan menarik lainnya
Perisai Diri Dari Faham Jahiliyyah Modern |
اَلْحَمْدُ ِللهِ رَبِّ
الْعَالَمِيْنَ، اَلَّذِى خَلَقَ اْلإِنْسَانَ خَلِيْفَةً فِي اْلأَرْضِ
وَالَّذِى جَعَلَ كُلَّ شَيْئٍ إِعْتِبَارًا لِّلْمُتَّقِيْنَ وَجَعَلَ فِى
قُلُوْبِ الْمُسْلِمِيْنَ بَهْجَةًوَّسُرُوْرًا. اَشْهَدُ اَنْ لاَ اِلهَ
اِلاَّ اللهُ وَحـْدَهُ لاَشـَرِيْكَ لَهُ، لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ
الْحَمْدُ يُحْيِى وَيُمِيْتُ وَهُوَعَلَى كُلِّ شَيْئ ٍقَدِيْرٌ.
وَاَشْهَدُ اَنَّ مُحَمَّدًاعَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ لاَنَبِيَّ بَعْدَهُ.
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمـَّدٍ سَيِّدِ الْمُرْسَلِيْنَ
وَاَفْضلِ اْلاَنْبِيَاءِ وَعَلَى آلِهِ وَاَصْحَاِبه اَجْمَعِيْنَ اَمَّا
بَعْدُ، فَيَااَيُّهَا الْمُسْلِمُوْنَ، اِتَّقُوْااللهَ حَقَّ تُقَاتِه
وَلاَتَمُوْتُنَّ اِلاَّوَاَنـْتُمْ مُسْلِمُوْنَ فَقَدْ قَالَ اللهُ
تَعَالىَ فِي كِتَابِهِ الْكَرِيْمِ: اقراء باسم ربك الذى خلق خلق الانسان
من علق اقراء وربك الأكرم
Alhamdulillah segala puji bagi Allah swt yang telah memberikan
kenikmatan paling mahal berupa ketaqwaan, keimanan dan keamanan. Marilah
kita bersama-sama menambahkan rasa taqwa kita kepada Allah swt. agar
dalam kehidupan kita kini dan nanti selalu dianugerahi hidayah-Nya.
Rasa syukur juga harus dipanjatkan kepada Allah swt yang telah
memberikan kita keimanan dan keamanan di Indnesia ini. Iman sebagai
modal kesuksesan hidup diakhirat dan keamanan menjadi pokok utama
kehidupan di dunia. Inilah yang selalu kita minta dalam do’a kita ‘Rabbana atina fid dunya hasanah wa fil akhirati hasanah’.
Keimanan dan keamanan adalah dua hal yang saling mendukung. Keamanan
secara fisik sebagaimana yang diberikan Allah swt kepada bangsa ini,
harus kita sykuri bersama. Bentuk syukur itu tertuangkan dalam usaha
kita menjaga kemanan dan selalu mengisinya dengan berbagai hal positif
yang mampu mendorong nilai-nilai keimanan kita. Oleh karena itu
janganlah kita sia-siakan kondisi yang aman dan damai ini. Marilah kita
isi dengan segala kegiatan dan pekerjaan yang bersifat ubudiyah, yaitu pekerjaan kita sertai dengan niat lillahi Ta’ala.
Meskipun kegiatan itu terlihat sangat duniawi berangkat ke kantor,
berdagang di pasar hingga kerjabakti mingguan. Semua itu bernilai ibadah
dan diganjar dengan pahala Allah swt jika diniatkan sebagai ibadah.
Apalagi pekerjaan-pekerjaan yang secara lahiriah menjadi sunnah
Rasulullah saw secara otomatis pastilah menjadi ibadah.
Diantara karakter pekerjaan bernilai ubudiyah adalah :
1). tidak
melanggar norma agama,
2) membawa kemaslahatan bersama,
3) tidak
merugikan pribadi atau kelompok tertentu.
Inilah makna lain dari ahlussunnah wal jama’ah
yaitu beramal sesuai dengan sunnah dan juga mempertimbangkan
kepentingan bersama. Tidak mementingkan diri sendiri, kelompok atupun
golongan.
Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah
Demikian hubungan antara keamanan dan keimanan. Bayangkan
bagaimanakah nasib saudara kita yang ada di Suriah dan Irak, dapatkah
mereka beribadah dengan tenang? shalat jum’at dengan nyaman? Apabila di
luaran sana saudara-saudara yang mengaku se-agama mengancam keamanan
mereka, hanya demi kepentingan satu kelompok saja! Sungguh di luar ahlussunnah wal jama’ah adalah kelompok-kelompok yang tidak patut dihormati, sebagaimana mereka yang mengaku ahlussunnah wal jama’ah tetapi tidak memperdulikan nilai-nilai kebersamaan. Na’uzdubillahi min dzalik.
Demikianlah kondisi Arab Jahiliyah sebelum kedatangan Islam. Mereka
hidup dengan membanggakan suku dan kelompoknya masing-masing. Mereka
kaum Jahiliyah memiliki Fanatisme yang tinggi, siapapun diluar suku
mereka harus ditaklukkan. Tidak peduli siapa yang benar dan siapa yang
salah. Dalam hal keimanan masyarakat Jahiliyah lebih suka bersekutu
dengan kemusyrikan meskipun telah datang kepada mereka wahyu ketauhidan
yang dibawa oleh Nabi sebelum rasulullah saw.
Mengenai hal ini Imam
Syafi’i dalam Muqaddimah kitab ar-Risalah mengklasifikasikan kelompok Jahiliyah menjadi dua golongan.
Pertama : mereka yang mengaku punya kitab (ahlul kitab)
namun mereka telah mengubah sebagian besar hukum-hukumnya, mengingkari
nikmat dan petunjuk Allah swt di dalamnya, serta mencampurkan kebernaran
yang Allah swt turunkan dengan kepalsuan yang mereka ada-adakan.
Demikian sebagaimana Allah singgung dalam Ali Imran ayat 78:
مِنْهُمْ لَفَرِيقًا
يَلْوُونَ أَلْسِنَتَهُمْ بِالْكِتَابِ لِتَحْسَبُوهُ مِنَ الْكِتَابِ
وَمَا هُوَ مِنَ الْكِتَابِ وَيَقُولُونَ هُوَ مِنْ عِنْدِ اللَّهِ وَمَا
هُوَ مِنْ عِنْدِ اللَّهِ وَيَقُولُونَ عَلَى اللَّهِ الْكَذِبَ وَهُمْ
يَعْلَمُونَ
Sesungguhnya diantara mereka ada segolongan yang memutar-mutar
lidahnya membaca Al Kitab, supaya kamu menyangka yang dibacanya itu
sebagian dari Al Kitab, padahal ia bukan dari Al Kitab dan mereka
mengatakan: "Ia (yang dibaca itu datang) dari sisi Allah", padahal ia
bukan dari sisi Allah. Mereka berkata dusta terhadap Allah sedang mereka
mengetahui.
Dan yang lebih parah dari itu, mereka suka menilai salah kepada
kelompok lainnya, bahkan mereka mengaggap yang lain kafir dan merasa
dirinya paling beriman. Padahal hati kecil mereka tahu akan kebenaran
yang sejati. Tetapi hati mereka terlanjur keras membeku dan malu untuk
mengakui kebenaran kelompok lainnya. Surat An-nisa menggambarkannya
demikian:
أَلَمْ تَرَ إِلَى الَّذِينَ
أُوتُوا نَصِيبًا مِّنَ الْكِتَابِ يُؤْمِنُونَ بِالْجِبْتِ وَالطَّاغُوتِ
وَيَقُولُونَ لِلَّذِينَ كَفَرُوا هَٰؤُلَاءِ أَهْدَىٰ مِنَ الَّذِينَ
آمَنُوا سَبِيلًا
Apakah kamu tidak memperhatikan orang-orang yang diberi bahagian
dari Al kitab? Mereka percaya kepada berhala dan thaghut, dan mengatakan
kepada orang-orang Kafir lainnya, bahwa mereka itu lebih benar jalannya
dari orang-orang yang beriman.
Adapun golongan yang kedua adalah orang-orang yang mengingkari
Allah dan membuat sesuatu yang tidak diizinkan-Nya. Dengan tangannya
sendiri dibuatnya batu dan kayu menjadi patung. Diberinya nama-nama yang
indah dan diangkatlah patung-patung itu sebagai tuhan yang disembah.
Bila mana hati mereka merasa bosan, patung tuhan itu lalu dihancurkan
dan dibuatlah patung yang baru dengan nama yang baru pula. Demikianlah
tradisi yang telah mengakar dalam kehidupan jahiliyah sebagaimana yang
diwariskan oleh para pendahulu mereka, kata mereka:
وَكَذَٰلِكَ مَا أَرْسَلْنَا مِنْ قَبْلِكَ فِي
قَرْيَةٍ مِنْ نَذِيرٍ إِلَّا قَالَ مُتْرَفُوهَا إِنَّا وَجَدْنَا
آبَاءَنَا عَلَىٰ أُمَّةٍ وَإِنَّا عَلَىٰ آثَارِهِمْ مُقْتَدُونَ
Dan demikianlah, Kami tidak mengutus sebelum kamu seorang pemberi
peringatanpun dalam suatu negeri, melainkan orang-orang yang hidup
mewah di negeri itu berkata: "Sesungguhnya kami mendapati bapak-bapak
kami menganut suatu agama dan sesungguhnya kami adalah pengikut
jejak-jejak mereka"
Para Jama’ah yang Dirahmati Allah
Itulah dua kelompok Jahiliyah pada masa sebelum Islam datang. Satu
kelompok dengan fanatisme tinggi disertai upaya memalsukan kebenaran,
sedangkan satu kelompok lain tenggelam dalam kemusyrikan dan penuhanan
benda-benda. Benih-benih ini tidaklah lenyap keseluruhan, malahan kini
terlihat mulai bermunculan kembali dengan bentuk lain. Jahiliyah yang
muncul di zaman modern ini memiliki karakter yang hampir sama. Fanatisme
tinggi yang membuta tanpa disertai dengan ilmu. Menyalahkan dan
menganggap diri paling benar, dan tidak segan-segan melakukan kekerasan
demi kepentigan pribadi dan kelompok.
Minimnya pengetahuan ini menyebabkan mereka selalu gagal mencapai
hikmah dai sari pati ayat-ayat al-Qur’an. Hanya dengan berbekal bacaan
buku-buku terjemahan mereka menganggap diri mereka paling benar.
Kitab-kitab hadits yang begitu menumpuk difahami melalui bahasa
Indonesia. Mereka lupa bahwa hadits Rasulullah saw pada mulanya
berbahasa Arab, dan yang mereka baca dan fahami merupakan hasil pikiran
para penerjemah yang berlomba menerbitkan buku demi pasar dan uang. Dan
yang lebih mengerikan sebagain dari mereka ini faham atas kesalahnnya
tetapi malu untuk merubah haluanannya. Na’udzu billah min dzalik.
Inilah bentuk pemalsuan kitab di zaman modern. Tidak kata dan
kalimatnya yang diubah tetapi pemahaman yang disederhanakan dan
disesuaikan demi kepentingan. Kepentingan penerbitan, perdagangan dan
pasar.
Adapun bentuk kejahiliyahan kedua yang kini sangat terasa adalah
mempertuhankan tehnologi dan materi. Bagaimana seseorang pada zaman
sekarang ini tidak merasa nyaman dan aman kehidupannya tanpa ada
tehnologi. Bagaimana kegusaran seorang pemuda yang gadgetnya tertinggal
di rumah sedangkan ia dalam perjalanan. Seolah gadget itulah yang akan
menyelamatkan perjalanannya. Tehnologi dan pengetahuan menjadi satu
gantungan manusia modern yang posisinya hampir menggantikan tuhannya. Masyallah.
Jika demikian maka tugas mereka yang mengaku penerus Rasulullah saw
pada zaman sekarang adalah mengembalikan ketuhidan, memerangi fanatisme
buta dan kembali mentradisikan berfikir dan membaca keadaan sebagaimana
diperintahkan dalam wahyu pertama iqra’..! bismi rabbikal ladzi khalaq,..bacalah segala macam pengetahuan dengan nama Allah swt Yang Maha Mencipta.
Demikianlah khutbah singkat jum’at kali ini semoga kita semua mendapat petunjuk-Nya Aamien...
بَارَكَ اللهُ
لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ فِى
اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ، اِنَّهُ هُوَ الْبَرُّ الرَّؤُوْفُ
الرَّحِيْمُ.
Khutbah II
اَلْحَمْدُ
للهِ عَلىَ اِحْسَانِهِ وَالشُّكْرُ لَهُ عَلىَ تَوْفِيْقِهِ
وَاِمْتِنَانِهِ. وَاَشْهَدُ اَنْ لاَ اِلَهَ اِلاَّ اللهُ وَاللهُ
وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَاَشْهَدُ اَنَّ
سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الدَّاعِى اِلىَ
رِضْوَانِهِ. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وِعَلَى اَلِهِ
وَاَصْحَابِهِ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كِثيْرًا
اَمَّا بَعْدُ فَياَ اَيُّهَا النَّاسُ اِتَّقُوااللهَ فِيْمَا اَمَرَ وَانْتَهُوْا عَمَّا نَهَى وَاعْلَمُوْا اَنَّ اللهّ اَمَرَكُمْ بِاَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِهِ وَثَـنَى بِمَلآ ئِكَتِهِ بِقُدْسِهِ وَقَالَ تَعاَلَى اِنَّ اللهَ وَمَلآ ئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِى يآ اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلِّمْ وَعَلَى آلِ سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَنْبِيآئِكَ وَرُسُلِكَ وَمَلآئِكَةِ اْلمُقَرَّبِيْنَ وَارْضَ اللّهُمَّ عَنِ اْلخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ اَبِى بَكْرٍوَعُمَروَعُثْمَان وَعَلِى وَعَنْ بَقِيَّةِ الصَّحَابَةِ وَالتَّابِعِيْنَ وَتَابِعِي التَّابِعِيْنَ لَهُمْ بِاِحْسَانٍ اِلَىيَوْمِ الدِّيْنِ وَارْضَ عَنَّا مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَا اَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ
اَللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ اَلاَحْيآءُ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ اللهُمَّ اَعِزَّ اْلاِسْلاَمَ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَاْلمُشْرِكِيْنَ وَانْصُرْ عِبَادَكَ اْلمُوَحِّدِيَّةَ وَانْصُرْ مَنْ نَصَرَ الدِّيْنَ وَاخْذُلْ مَنْ خَذَلَ اْلمُسْلِمِيْنَ وَ دَمِّرْ اَعْدَاءَالدِّيْنِ وَاعْلِ كَلِمَاتِكَ اِلَى يَوْمَ الدِّيْنِ. اللهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ وَالزَّلاَزِلَ وَاْلمِحَنَ وَسُوْءَ اْلفِتْنَةِ وَاْلمِحَنَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ عَنْ بَلَدِنَا اِنْدُونِيْسِيَّا خآصَّةً وَسَائِرِ اْلبُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ عآمَّةً يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ. رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. رَبَّنَا ظَلَمْنَا اَنْفُسَنَاوَاِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ اْلخَاسِرِيْنَ. عِبَادَاللهِ ! اِنَّ اللهَ يَأْمُرُنَا بِاْلعَدْلِ وَاْلاِحْسَانِ وَإِيْتآءِ ذِى اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشآءِ وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْي يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ وَاذْكُرُوااللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ اَكْبَرْ
Source : nu.or.id
0 komentar:
Posting Komentar
Berkomentarlah Yang Baik