Baca juga tulisan menarik lainnya
Menghafal Al-Qur’an merupakan suatu perbuatan yang sangat terpuji dan mulia. Banyak sekali hadis-hadis Rasulullah saw. Yang mengungkapkan keagungan orang yang belajar membaca, atau menghafal Al-Qur’an. Orang-orang yang mempelajari, membaca atau menghafal Al- Qur’an merupakan orang-orang pilihan yang memang dipilih oleh Allah untuk menerima warisan kitab suci Al-Qur’an.
Allah Berfirman :
“Kemudian kitab itu Kami wariskan kepada orang-orang yang Kami pilih di antara hamba-hamba Kami, lalu di antara mereka ada yang Menganiaya diri mereka sendiri dan di antara mereka ada yang pertengahan dan diantara mereka ada (pula) yang lebih dahulu berbuat kebaikan dengan izin Allah. yang demikian itu adalah karunia yang Amat besar.” (Q.S Fathir/35:32).24
Dalam menghafal Al-Qur’an, memori (ingatan) merupakan suatu yang sangat penting dalam kehidupan manusia karena menghafal Al- Qur’an adalah proses mengingat di mana seluruh ayat (rincian bagian bagiannya seperti fonetik, waqaf, dan lain-lain) harus diingat secara sempurna. Karena itu, seluruh proses pengingatan terhadap ayat dan bagian-bagiannya itu mulai dari proses awal hingga pengingatan kembali (recalling) harus tepat. Keliru dalam memasukkan dan menyimpannya akan keliru pula dalam mengingatnya kembali, atau sulit ditemukan dalam memori.
Seorang ahli psikolog ternama, Atkinson, menyatakan bahwa para ahli psikolog menganggap penting membuat perbedaan dasar mengenai ingatan.
Pertama, mengenai tiga tahapan, yaitu encoding,(memasukkan informasi ke dalam ingatan), storage (menyimpan informasi yang telah dimasukkan), dan retrieval (mengingat kembali informasi tersebut).
Kedua, mengenai 2 jenis ingatan, yaitu short term memory (ingatan jangka
pendek), dan long term memory (ingatan jangka panjang).
pendek), dan long term memory (ingatan jangka panjang).
Dalam menjaga ingatan untuk menghafal Al-Qur’an orang mempunyai metode dan cara yang berbeda-beda. Namun, metode apapun yang dipakai tidak akan terlepas dari pembacaan yang berulang-ulang sampai dapat mengucapkannya tanpa melihat mushaf sedikitpun.
Proses menghafal Al-Qur’an dilakukan melalui proses bimbingan seorang guru tahfidz. Proses bimbingan dilakukan melalui kegiatan atau tahapan-tahapan sebagai berikut.
a. Bin-Nazhar
Yaitu membaca dengan cermat ayat-ayat Al-Qur’an yang akan dihafal dengan melihat mushaf Al-Qur’an secara berulang-ulang. Proses bin-nazhar ini hendaknya dilakukan sebanyak mungkin atau empat puluh satu kali seperti yang biasa dilakukan oleh para ulama
terdahulu. Hal ini dilakukan untuk memperoleh gambaran menyeluruh tentang lafadz maupun urutan ayat-ayatnya. Agar lebih mudah dalam proses meghafalnya, maka selama proses bin-nazhar ini diharapkan calon hafidz juga mempelajari makna dari ayat-ayat tersebut.
b. Tahfidz.
Yaitu menghafal sedikit demi sedikit ayat-ayat Al-Qur’an yang telah dibaca berulang-ulang secara bin-nadzar tersebut. Misalnya menghafal satu baris, beberapa kalimat, atau sepotong ayat pendek sampai tidak ada kesalahan.
c. Talaqqi.
Yaitu menyetorkan atau mendengarkan hafalan yang baru dihafalkan kepada seorang hafidz Al-Qur’an, telah menatap agama dan ma’rifatnya, serta dikenal mampu menjaga dirinya. Proses talaqqi ini dilakukan untuk mengetahui hasil hafalan seorang calon hafidz dan mendapat bimbingan seperlunya. Seorang guru tahfidz juga hendaknya yang benar-benar mempunyai silsilah guru sampai kepada Nabi Muhammad saw.
d. Takrir.
Yaitu mengulang hafalan atau men-sima’-kan hafalan yang pernah dihafalkan/pernah di-sima’-kan kepada guru tahfidz. Takrir dimaksudkan agar hafalan yang pernah dihafal tetap terjaga dengan baik. Selain dengan guru, takrir juga dilakukan sendi-sendiri dengan maksud melancarkan hafalan yang telah dihafal, sehingga tidak mudah lupa. Misalnya pagi hari untuk menghafal materi hafalan baru, dan sore harinya untuk mentakrir materi yang dihafalkan.
e. Tasmi’.
Yaitu mendengarkan hafalan kepada orang lain baik kepada perseorangan maupun kepada jama’ah. Dengan tasmi’ ini seseorang akan lebih berkonsentrasi dalam hafalan.
Metode yang dikenal untuk menghafal Al-Qur’an ada tiga macam:
a. Metode seluruhnya, yaitu membaca satu halaman dari baris pertama sampai baris terakhir secara berulang-ulang sampai hafal.
b. Metode bagian, yaitu orang menghafal ayat demi ayat, atau kalimat demi kalimat yang dirangkaikan sampai satu halaman.
c. Metode campuran, yaitu kombinasi antara metode seluruhnya dengan metode bagian. Mula-mula dengan membaca satu halaman berulangulang, kemudian pada bagian tertentu dihafal tersendiri. Kemudian diulang kembali secara keseluruhan.
Di antara metode-metode tersebut, metode campuran adalah yang banyak dipakai orang untuk menghafal Al-Qur’an.
Dalam mengajar menghafal Al-Qur'an tidaklah sama dan semudah mengajar pelajaran yang lain. Oleh karena itu digunkanlah berbagai metode di dalam belajar dan mengajar menghafal Al Qur'an yang antara lain :
a. Metode Muwajjahah
Pada prinsipnya metode ini bisa dilakukan melalui tiga cara:
- 1) Guru membaca, santri mendengarkan dan sebaliknya
- 2) Guru membaca dan santri hanya mendengarkan.
- 3) Santri membaca dan guru mendengarkan.
b. Metode Resitasi:
Guru memberi tugas kepada santri untuk menghafal beberapa ayat atau halaman sampai hafal betul, kemudian santri membaca halamannya di muka guru
c. Metode Takrir:Santri mengulang-ulang hafalan yang ia peroleh, kemudian membaca hafalannya di muka guru.
d. Metode Mudarrosah:
Semua santri menghafal secara bergantian dan berurutan secara bergantian dan yang lain mendengarkan/menyimaknya.
Dalam prakteknya mudarrosah ini ada tiga cara;
1) Mudarrosah ayatan.
Yaitu seorang santri membaca satu ayat kemudian diteruskan santri lainnya.
2) Mudarrosah perhalaman (pojokan)
Yaitu seorang santri membaca satu halaman kemudian dilanjutkan oleh santri lainnya.
3) Mudarrosah perempatan (seperempat juz)
Yaitu setiap santri membaca seperempat juz atau 5 halaman, kemudian di teruskan oleh santri lainnya. Dan apabila telah lancar betul dapat dilanjutkan mudarrosah setengah juz/dan seterusnya.
4) Metode Test
Metode ini digunakan untuk mengetahui ketepatan dan kelancaran hafalan santri dengan setor hafalan kepada seorang kyai atau yang ditunjuk sebagai team penguji. [Kang Soul]
Metode ini digunakan untuk mengetahui ketepatan dan kelancaran hafalan santri dengan setor hafalan kepada seorang kyai atau yang ditunjuk sebagai team penguji. [Kang Soul]
0 komentar:
Posting Komentar
Berkomentarlah Yang Baik