Selasa, 11 Agustus 2015

Keistimewaan KH Bisri Musthofa Ayah KH Musthofa Bisri (Gus Mus)

Baca juga tulisan menarik lainnya

Keistimewaan KH Bisri Musthofa Ayah KH Musthofa Bisri (Gus Mus)
KH Bisri Musthofa dan KH Musthofa Bisri
KH Bisri Musthofa ayah KH Musthofa Bisri atau Kyai yang sekarang akrab dengan panggilan Gus Mus dan KH Ali Ma'sum krapyak adalah guru yang paling banyak mempengaruhi perjalanan hidup Gus Mus, Kedua kiyai tersebut memberikan kebebasan kepada para santri untuk mengembangkan bakat seni.

KH. Bisri Mustofa dikenal sebagai seorang kiai pengarang yang menulis beberapa buah kitab, khususnya dalam Bahasa Jawa, di antaranya (yang cukup terkenal) adalah Tafsir al-Ibriz. Selain dikenal sebagai seorang kiai penulis, pengasuh Pondok Pesantren Raudhatuth Thalibin Leteh Rembang ini juga dikenal sebagai seorang orator dan politikus.

Suatu hari K.H. Musthofa Bisri (Gus Mus) putra KH Bisri Musthofa, pengasuh Pondok Pesantren Raudhatut Thalibin LetehRembang, Jawa Tengah, kedatangan seorang tamu dari Cirebon, Jawa Barat.

“Assalamu ‘alaikum. Anda Gus Mus?” tanya si tamu yang namanya tidak tercatat dalam ingatan beliau.

“Ya, benar, saya Musthofa,” jawab Gus Mus

“Saya dari Cirebon, (kata si tamu). “Saya ingin menyampaikan pesan Kiai Bisri. Beliau berpesan kepada saya agar menemui Anda, dan meminta agar Anda mengoreksi cetakan Al-Quran Menara Kudus. Karena pada cetakan itu, dalam surah Al-Fath, di situ ada sedikit kesalahan kecil dalam penulisan.”

Tentu saja beliau (Gus Mus) kaget. Namun untuk tidak mengecewakan tamunya,beliau menahan diri untuk mengatakan yang sebenarnya. “Kapan Anda ketemu beliau?” tanya Gus Mus

“Kemarin di Cirebon,” jawab si tamu datar.

Gus Mus kemudian tidak terlalu memikirkan hal ihwal tamunya. Pesannya itulah yang lebih istimewa. Kepada tamunya itu; Gus Mus mengungkapkan bahwa Kiai Bisri adalah ayahnya, tapi telah meninggal empat puluh hari sebelumnya.

Tentu saja si tamu keheranan, namun ia juga tidak bisa berkata apa-apa lagi, karena memang kedatangannya hanya untuk menyampaikan pesan singkat itu.

Gus Mus kemudian segera menemui K.H. Abu Amar dan K.H. Arwani di Kudus, keesokan harinya. Kedua kiai tersebut adalah penghafal Al-Quran yang dipercaya penerbit Menara Kudus untuk menerbitkan kitab Tafsir Al-lbriz, sebagai tashhih atau korektor. beliau ingin meyakinkan diri beliau tentang pesan orang dari Cirebon itu kepada K.H. Abu Amar dan K.H. Arwani.

Setelah berdiskusi mendalam, ternyata informasi tersebut benar. Kesalahan itu terdapat dalam ayat ke-18 surah Al-Fath. Ayat tersebut mestinya tertulis :

(لَقَدْ رَضِيَ اللَّهُ عَنِ الْمُؤْمِنِينَ)
 
laqad radhiyallahu ‘anil mu’minina, bukan laqad radhiyallahu 'ala mu'minin.

Keistimewaan KH Bisri Musthofa Ayah KH Musthofa Bisri (Gus Mus)
KH Bisri Musthofa dan KH Ali Ma'sum

Pengalaman yang sama juga dialami lagi oleh Gus Mus. Dalam kesempatan yang lain ia mendapat tamu, juga dari Cirebon.

“Anda diminta Kiai Bisri agar melanjutkan karya beliau yang belum selesai,” kata tamu itu.

“Kapan Anda ketemu beliau?” tanya Gus Mus.

“Kemarin di Cirebon,” jawab si tamu, juga dengan nada ringan dan datar.

Setelah mengucapkan terima kasih, kepada tamunya kali itu Gus Mus menjelaskan bahwa Kiai Bisri telah wafat beberapa waktu sebelumnya.

Reaksi si tamu pun sama, karena tujuannya ke Rembang tak lain hanyalah untuk menyampaikan pesan Kiai Bisri Mushofa.

Pengalaman Gus Mus itu mempertegas kebenaran firman Allah dalam surah Al-Hijr ayat 9,

(إِنَّا نَحْنُ نَزَّلْنَا الذِّكْرَ وَإِنَّا لَهُ لَحَافِظُونَ),
 
“Sesungguhnya Kami lah yang menurunkan Al-Quran dan kami benar-benar memeliharanya.”

Dan dalam surah Ali Imran ayat 169,
 
(وَلا تَحْسَبَنَّ الَّذِينَ قُتِلُوا فِي سَبِيلِ اللَّهِ أَمْوَاتًا بَلْ أَحْيَاءٌ عِنْدَ رَبِّهِمْ يُرْزَقُونَ )
 
“Janganlah kamu mengira bahwa orang-orang yang gugur di jalan Allah itu mati. Bahkan, mereka itu hidup di sisi Tuhannya dengan mendapat rezeki"

Oleh karena itu, sering kali kita mendengar para kiai yang telah mencapai maqam tertentu ketika meninggal dunia masih dapat menemui seseorang, bukan sekadar dalam mimpi, namun seperti di alam nyata. Hal ini juga terjadi pada KH. Muntaha al-Hafizh Wonosobo dan beberapa kiai lainnya. Ya, itu memang karomah dari sang kiai.

Mengenai KH Bisri Musthofa, beliau wafat pada hari Rabu 16 Februari 1977 pada usia 64 tahun, tepat seminggu menjelang pemilihan umum tahun tersebut. Sedangkan KH Musthofa Bisri (Gus Mus) adalah putra keduanya yang kini meneruskan memimpin Pondok Pesantren Raudhatuth Thalibin Leteh Rembang, peninggalan Beliau KH Bisri Musthofa.

أفاض الله لنا من بركاته وعلومه ونفحاته وانواره
Bagikan Artikel Ini Ke Teman Anda

0 komentar:

Posting Komentar

Berkomentarlah Yang Baik