Baca juga tulisan menarik lainnya
Mengenal Lebih Dalam Tentang JIN
Manusia dari dulu hingga kini masih penasaran dengan identitas jin, dan ingin tahu siapa sih mahluk yang kebanyakan sering menggoda hati dan mencelakakan manusia itu? Sesuai dengan namanya, memang jin adalah suatu makhluk yang masih samar bagi manusia. Istilah jin (mestinya dengan dobel ‘n’) berasal dari kata janna-yajunnu-jannan, artinya, menutupi, menyembunyikan, menjadi gelap, merahasiakan atau melindungi.
Akar kata janana kemudian menjadi janin, berarti “anak yang masih dalam kandungan”. Seorang yang gila atau tertutup akalnya dinamakan majnuun. Begitu juga istilah jannaat bentuk jamak dari jannat, berarti “kebun” dalam arti “kebun tanaman yang dipenuhi oleh tumbuh-tumbuhan sehingga menutup pandangan manusia dari luar”, bisa juga dinamakan jannah, “surga” karena hakekatnya tertutup oleh pengetahuan manusia, atau paling tidak karena di sana “terdapat hal-hal yang tidak pernah terlihat oleh mata, terdengar oleh telinga, serta terjangkau oleh pikiran”.
Jadi jin itu masih menjadi rahasia bagi manusia karena kita tidak dapat melihat jin dalam bentuknya aslinya sebagaimana firman Allah:
“Sesungguhnya ia (jin) dan pengikut-pengikutnya melihat kamu dari suatu tempat yang kamu tidak bisa melihat mereka.” [Al-A’raf (7): 27].
Kalau keberadaannya saja begitu samar, bagaimana kita tahu biografi jin? Tidak terlalu sulit, sebab kita mengetahui tentang jin dari Sang Pencipta Jin (Allah) dan para utusan-Nya yang telah menerima Kitabullah, maka kita menuliskan biografi jin juga berdasarkan Al-Qur’an, serta beberapa keterangan dari Rasulullah saw yang telah mendapat pengetahuan tentang hal itu dari Allah swt.
---------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Definisi JIN
Setelah kita mengetahui asal kata jin, maka kompas pemikiran kita sudah mulai bekerja dengan baik menuju kepada obyek yang kita amati. Karena itulah, ada beberapa ulama yang mendefinisikan apa hakekat jin itu. Menurut Dr Umar Sulaiman Al-Asqar, jin adalah makhluk halus yang diciptakan oleh Allah. Ia memiliki potensi dan keajaiban yang tidak dipunyai oleh makhluk lain. Ia bisa bergerak cepat, berpindah dari satu tempat ke tempat lainnya yang jauh dalam sekejap. Ia dapat membawa manusia terbang di udara, menyusup ke dalam tubuh manusia, binatang, pohon-pohon dan lainnya.
Apa dasarnya? Yaitu firman Allah:
“Ifrit dari golongan jin berkata (kepada Sulaiman): “Saya akan datang kepadamu dengan membawa singgasana itu (singgasana Ratu Yaman) kepadamu sebelum kamu berdiri dari tempat dudukmu. Sesugguhnya aku benar-benar kuat membawanya dan dapat dipercaya.” Seorang jin yang mempunyai ilmu dari Al-Kitab berkata: “Aku akan membawa singgasana itu kepadamu sebelum matamu berkedip.” Maka tatkala Sulaiman melihat singgasana itu terlihat di hadapannya, ia pun berkata: “Ini adalah dari karunia Tuhan-ku ….. [An-Naml (27): 39-40].
Begitu juga dengan keterangan dari Rasulullah saw:
“Sesungguhnya setan (jin kafir) berjalan cepat dari anak Adam di tempat mengalirnya darah …. “ (HR Bukhari-Muslim).
Begitu perkasanya jin? Tidak juga. Jin tidak mengetahui hal yang gaib, sebagaimana manusia, jin tidak akan mengetahui apakah hari akan hujan atau tidak, nasib manusia esok hari seperti rezeki, jodoh, dan lainnya; jenis kelamin janin, hari kiamat, serta saat kematian.
“Maka tatkala Kami telah memutuskan kematian Sulaiman, tidak ada yang menunjukkan kepada mereka tentang kematiannya itu kecuali rayap yang memakan tongkatnya. Maka tatkala ia telah tersungkur, barulah jin itu tahu bahwa kalau sekiranya mereka mengetahui yang gaib, tentulah mereka tidak tetap dalam siksa yang menghinakan.” [Saba’ (34): 14].
Dipercaya juga, jin tidak bisa menyentuh tubuh manusia. Bagaimana bisa menyentuh? Jin itu berada di alam sendiri, yang berbeda dengan alam manusia dan alam malaikat. Namun konon ada yang berpendapat, alam jin itu sama dengan alam malaikat. Kalau jin bisa menyentuh manusia, maka dia bisa mencelakakan manusia secara langsung, seperti membunuh manusia, menculik manusia, dan berbagai kerusakan atau bencan lainnya. Sebaliknya manusia juga tidak bisa menyentuh jin, kecuali para rasul yang telah diberikan kekuatan Allah untuk dapat menangkap jin, seperti Nabi Sulaiman dan Nabi Muhammad.
Lalu dengan cara apa jin kafir bisa mencelakakan manusia? Dengan cara menghasut lewat bisikan di dalam hati manusia.
“Katakanlah: “Aku berlindung kepada Tuhan (yang memelihara dan menguasai) manusia. Raja Manusia. Sembahan manusia. Dari kejahatan (bisikan) setan yang biasa bersembunyi, dari kejahatan (bisikan) ke dalam hati manusia, dari (golongan ) jin dan manusia.” (An-Naas (114): 1-6]
---------------------------------------------------------------------------------------------------------------
JIN dan SETAN
Mengapa jin sering juga disebut setan? Dua istilah ini bisa ditelusuri dari kisah penciptaan Adam, ketika itu, malaikat dan iblis diminta sujud (menghormat) kepada Adam sebagai mahluk yang lebih berilmu dari pada mereka berdua. Malaikat tunduk kepada perintah Allah untuk sujud kepada Adam sedang iblis menolak perintah Allah dengan alasan:
“Saya (iblis) lebih baik daripadanya (Adam): Engkau ciptakan saya dari api sedang dia Engkau ciptakan dari tanah.” (Al-A’raf (7): 12].
Karena kafir kepada Allah itulah, iblis diusir dari surga. Ketika iblis menggoda Adam dan Hawa untuk mau memakan buah larangan itu, Al-Qur’an menyebut iblis dengan istilah setan:
“Lalu keduanya digelincirkan oleh setan dari surga itu dan dikeluarkan dari keadaan semula dan Kami berfirman: “Turunlah kamu! Sebagian kamu menjadi musuh bagi yang lain, dan bagi kamu ada tempat kediaman di bumi, dan kesenangan hidup sampai waktu yang ditentukan.” [Al-Baqarah (2): 36].
*Iblis:
Iblis adalah bentuk kata benda bahasa Arab diambil dari kata “ilbalasa” yang berarti “orang yang tidak punya kebaikan”; dan “ublisa” berarti “putus asa dan bingung”. Iblis adalah salah satu jin yang waktu itu sudah ada bersama malaikat. Golongan jin lainnya, misalnya ifrit. Ada kemungkinan, iblis adalah salah satu pemimpin terbesar bangsa jin, karena itu mewakili “Perhelatan” yang diadakan Allah, bersama malaikat dan Adam.
Merujuk kepada surat Al-Baqarah (2): 36 dan An-Naas (114): 6, maka mereka yang disebut setan bisa berasal dari golongan jin dan dari golongan manusia. Jadi setan adalah jin kafir dan manusia kafir. Namun memang Al-Qur’an lebih sering menyebut setan ini dalam arti jin kafir. Sedang setan manusia juga disebut thagut (orang yang kelewat batas), sebab dia adalah kawan-kawan setan (jin kafir).
Dari sini dapat diketahui bahwa induk segala makhluk halus yang mengganggu manusia, entah itu bernama setan (satan), hantu (ghost), dan kuntilanak (sundel bolong) Atau sebagai digolongkan orang Jawa, yaitu memedi (hantu yang menakut-nakuti), lelembut (mahluk halus), tuyul (hantu bocah), dedemit atau demit (hantu penghuni suatu tempat), dan danyang (roh pelindung). Semua adalah jin kafir! Mereka menjadi pengikut iblis dan ifrit.
---------------------------------------------------------------------------------------------------------------
*PENCIPTAAN JIN
Jin diciptakan dari api dalam Al-Qur’an disebutkan:
“Dan, Kami telah menciptakan jin sebelum (Adam) dari api yang sangat panas.” [Al-Hijr (15): 27].
“Dan, Dia telah telah menciptakan jin dari nyala api. “ [Ar-Rahman (55): 27].
Sedang di dalam hadits shahih disebutkan, dari A’isyah dari Nabi saw. Beliau bersabda:
“Malaikat telah diciptakan dari cahaya. Jin telah diciptakan dari api. Dan Adam telah diciptakan dari apa yang disifatkan pada kalian.” (HR Muslim).
Karena perbedaan asal penciptaan inilah, iblis melakukan kias diskreminasi bahwa dia yang berasal dari api mengaku lebih baik dibanding dengan Adam yang berasal dari “tanah liat kering (berasal) dari lumpur hitam yang diberi bentuk”. Karena itulah, dalam kazanah hukum Islam ada ulama yang menolak kias, karena kias berasal dari iblis.
Sebetulnya kias (qiyas) yang dipergunakan iblis adalah kias diskreminasi, bukan kias dalam makna analogi (persamaannya). Iblis menggunakan variabel diskret ini didasarkan kepada rasa enggan, sombong, dan tinggi hati. Oleh sebab itu, Allah mengutuk iblis karena telah berbuat kafir kepada-Nya.
Sebagaimana penciptaan manusia, jin yang berasal dari api tidak kemudian menjadi mahluk api, maksudnya, tidak seluruhnya dalam bentuk api menyala. Begitu juga manusia diciptakan dari tanah, tetapi secara fisik tidak dalam bentuk tanah, melainkan dalam bentuk daging, darah dan tulang-tulang.
Hal ini untuk menjawab alasan orang yang culas, bahwa meski jin kafir nanti dimasukkan ke dalam api neraka, tetapi hukuman itu tidak akan membuat mereka sakit, sebab keduanya diciptakan dari bahan yang sama, yaitu api. Keterangan ini jelas batil, sebagaimana manusia yang diciptakan dari tanah, kalau tubuh manusia ini terkena lemparan bongkahan tanah maka akan sakit juga, meski keduanya berasal dari bahan yang sama.
Perbedaan lainnya adalah jin diciptakan lebih dulu dari manusia. Lalu lebih dulu mana jin dengan malaikat? Ada tiga kemungkinan, karena tidak ada keterangan yang shahih, yaitu malaikat lebih dulu dari jin, malaikat dan jin diciptakan bersamaan, terakhir jin lebih dahulu diciptakan dari malaikat. Jadi hak Allah untuk untuk menciptakan mereka lebih dahulu atau lebih akhir.
Hanya, sebagai manusia yang memiliki alat yang disebut akal, maka kita lebih cenderung berpendapat – bisa benar dan bisa salah - bahwa malaikat lebih dulu diciptakan dari jin. Alasannya, malaikat diciptakan Allah untuk mengabdi dan sekaligus menjadi pembantu Allah, sedang jin hanya diciptakan untuk beribadah kepada-Nya. Karena dengan dua tugas utama itulah malaikat lebih dahulu diciptakan dari jin.
---------------------------------------------------------------------------------------------------------------
*TUGAS JIN
Allah menciptakan mahluk semua ada tujuannya. Begitu juga dengan penciptaan jin.
“Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku.” [Adz-Dzariyat (51): 56].
Jadi pada awal mulanya jin itu adalah mahluk yang taat beribadah kepada Allah. Contohnya iblis adalah jenis mahluk yang sangat meyakini ketauhidan Allah. Mengapa kemudian mereka kafir kepada Allah?
Ini tidak lepas dari penciptaan Adam sebagai manusia pertama. Ketika Adam diciptakan dan diajarkan nama-nama benda, maka dia lebih unggul dari malaikat dan iblis. Allah menyuruh kedunya sujud tanda hormat kepada Adam, malaikat tunduk, tetapi iblis menolak, karena itulah dia kafir kepada Allah. Iblis yang kafir kemudian mendapat sebutan setan.
Sejak kejadian itu, mulai terpecah-belahlah golongan jin menjadi dua. Yang pertama golongan jin kafir juga disebut setan, kedua jin yang tetap tunduk kepada Allah, sebut saja jin Muslim. Jin kafir menggoda dan mencelakakan manusia hingga akhir dunia, sementara jin Muslim tetap kepada fitrahnya beribadah kepada Allah.
Dalam Al-Qur’an disebutkan:
“ Dan sesungguhnya di antara kami ada orang-orang yang saleh dan di antara kami ada (pula) yang tidak demikian halnya. Adalah kami menempuh jalan yang berbeda-beda.” [Al-Jin (72): 11].
“Dan sesungguhnya di antara kami ada orang-orang yang taat dan ada (pula) (orang-orang) yang menyimpang dari kebenaran. Barangsiapa yang taat, maka mereka itu benar-benar telah memilih jalan yang lurus. Adapun orang-orang yang menyimpang dari kebenaran, maka mreka menjadi kayu api bagi neraka Jahanam.” [Al-Jin (72): 14-15].
Jin terus menggoda anak cucu Adam di dunia, hingga saat munculnya Nabi Sulaiman yang diberikan kemampuan Allah untuk bisa menundukkan bangsa jin. Jin dan setan itu diperbudak oleh Nabi Sulaiman untuk membangun gedung yang tinggi, patung-patung, piring-piring yang besar seperti kolam, dan periuk yang tetap berada di atas tungku.
Kemampuan Nabi Sulaiman menundukkan jin ini karena doanya terkabul.
“(Ya Tuhanku), anugerahkanlah kepadaku kerajaan yang tidak dimiliki oleh seorangpun jua sesudahku.” [Shad (38): 35].
Doa inilah yang mencegah Nabi Muhammad saw untuk mengikat seorang jin atau iblis yang telah mengganggu salatnya. “Demi Allah, kalau tidak karena doa saudara kita Sulaiman, niscaya dia akan diikat sehingga bisa dipermainkan oleh anak-anak penduduk Madinah.” (HR Muslim).
Dari hadis ini dapat diambil kesimpulan bahwa tidak ada seorangpun yang dapat menundukkan jin, sebab kemampuan untuk menundukkan jin hanya bisa dimiliki Nabi Sulaiman dan para nabi yang telah mendapatkannya dari Allah, sehingga Nabi Muhammad saw sendiri mengurungkan niatnya – meski memiliki kemampuan untuk itu.
Bagaimana kalau jin itu sendiri yang suka rela membantu manusia? Rasulullah sebagai manusia yang agung, yang dulu banyak mendapatkan kesulitan, tidak pernah mendapatkan tawaran bantuan dari jin (Muslim). Begitu juga tidak ada cerita para sahabat bekerja sama dengan jin. Yang ada justru cerita tentang para jin yang menggoda para sahabat, seperti kasus Abu Hurairah yang didatangi jin kafir yang menyamar sebagai peminta-minta. Tiga hari berturut-turut jin itu meminta sesuatu dari baitul maal, ketika dilaporkan kepada Nabi, maka diberitahu bahwa itu adalah setan yang menyamar, maka ditangkapnya. Setan itu minta dilepaskan dengan imbalan mengajarkan kepada Abu Hurairah supaya tidak tergoda setan, yaitu dengan membaca ayat Kursi.
Kebanyakan kerjasama dengan bantuan jin kafir itu justru menimbulkan malapetaka, sebagaiman disitir Al-Qur’an:
“Dan sesungguhnya ada beberapa orang di antara manusia meminta perlindungan kepada beberapa orang di antara jin, maka jin-jin itu menambah dosa dan kesalahan bagi mereka.” (Al-Jin (72): 6].
Sebelum Nabi saw diangkat menjadi rasul, setan selalu mengintip pembicaraan di langit ke tujuh. Setelah itu, informasi yang tidak lengkap itu ditambah-tambahi dengan dusta dan disebarkan kepada para dukun pengikut setan untuk meramal atau untuk kepentingan hawa nafsunya sendiri. Itulah sebabnya, manusia bertambah dosa dan kesalahannya karena mereka meminta bantuan para setan itu. Setelah Nabi saw diangkat jadi rasul, Allah menembak para setan itu dengan meteor, sehingga tertutup pintu langit bagi mereka.
Kembali pada pokok persoalan, bagaimana cara jin itu beribadah kepada Allah? Golongan jin beribadah menurut syariat pada masa Nabi berada. Untuk sekarang para jin beribadah mengikuti cara Nabi Muhammad saw:
“Katakanlah (hai Muhammad): “Telah diwahyukan kepadaku bahwasanya sekumpulan jin telah mendengarkan (Al-Qur’an) lalu mereka berkata: “Sesungguhnya kami telah mendengarkan Al-Qur’an yang menakjubkan (yang) memberi petunjuk kepada jalan yang benar, lalu kami beriman kepadanya. Dan kami sekali-kali tidak akan mempersekutukan seorangpun dengan Tuhan kami, dan bahwasanya Maha Tinggi kebersaran Tuhan kami, Dia tidak beristri dan tidak (pula) beranak.” [Al-Jin (72): 1-3].
---------------------------------------------------------------------------------------------------------------
*KARAKTERISTIK JIN
Seperti manusia, apakah jin juga berketurunan? Sebagian besar ulama berpendapat bahwa jin juga berketurunan seperti manusia. Alasannya:
“Dan (ingatlah) ketika Kami berfirman kepada para malaikat: “Sujudlah kamu kepada Adam”, maka sujudlah mereka kecuali iblis. Dia adalah dari golongan jin, maka ia mendurhakai perintah Tuhannya. Patutkah kamu mengambil dia dan turunan-turunannya (dzurriyyatahu) sebagai pemimpin selain daripada-Ku, sedang mereka adalah musuhmu? Amat buruklah iblis itu sebagai pengganti (Allah) bagi orang-orang yang zalim. [Al-Kahfi (18): 50].
Berarti jin itu berketurunan. Dalam logika kita, jin itu melakukan perkawinan dan beranak-pinak seperti manusia. Cuma dalam hal ini kita tidak tahu bagaimana hakekat perkimpoian dan reproduksi mereka.
“Mereka (para bidadari) belum disentuh oleh manusia sebelum mereka (penghuni surga) dan tidak pula oleh jin. [Ar-Rahman (55): 56].
Di sini diketahui bahwa jin Muslim akan masuk surga, dan mereka juga akan melakukan hubungan suam-istri dengan para bidadari sebagaimana manusia melakukan perkawinan. Jadi jin juga melakukan perkawinan dan beranak-pinak ketika di dunia.
Ada persoalan, betulkah manusia bisa kawin dengan jin? Mustahil. Jin dan manusia adalah spesies yang berbeda, seperti, dapatkah kawina (bersatu) antara api dengan tanah? Mungkin yang dimaksud di sini adalah perkawinan ideologi, di mana manusia telah sesat mengikuti godaan setan (jin kafir).
Menurut keterangan hadis, jin mengalami ajal. Namun dipercayai umur mereka panjang-panjang seperti umur iblis yang hingga akhir dunia.
Mereka juga makan dan minum, menurut hadis sahih: “Tulang dan kotoran binatang itu merupakan makanan jin” (HR Bukhari).
Bagaimana wajah jin kafir (setan)? Hadis sahih menunjukkan bahwa setan memiliki dua tanduk, sedang Al-Qur’an menunjukkan bahwa wajah Al-Qur’an itu menyeramkan.
“Sesungguhnya ia (zaqqum) adalah sebatang pohon yang keluar dari dasar neraka yang menyala-nyala. Buahnya seperti kepala-kepala setan.” [ Ash-Shafat (37): 65].
Bentuknya? Besar kemungkinan lebih kecil dari manusia, karena dalam hadits Nabi saw tentang keinginan akan menangkap jin dan akan dipermainkan anak-anak Madinah, dan bentuknya mungkin seperti boneka, sehingga anak-anak senang mempermainkannya. Wallahualam.
Di mana tempat jin kafir? Rumah yang lama tidak didiami manusia akan menjadi sarang jin, dan menurut hadits Muslim, pasar adalah tempat setan bertempur.
Jin memiliki waktu-waktu tertentu untuk aktivitas, sebab kita dilarang salat sunah pada waktu fajar dan tenggelamnya matahari (HR Bukhari), karena itulah waktu bencana, saat orang menyembah matahari.
Beberapa aktivitas jin kafir adalah menyembah berhala, mengundi nasib, berjudi, dan minum minuman keras, serta perbuatan maksiat dan mungkar lainnya sebagaimana disebutkan Al-Qur’an.
Yang jelas, di manapun dan kapanpun, bila ada kesempatan jin kafir alias setan menggoda manusia, maka mereka akan berada di tempat dan waktu yang diperlukan itu. Jadi waspadalah, jin kafir ada di sekitar Anda!!!
Sumber :Mengenal lebih dalam tentang JIN
0 komentar:
Posting Komentar
Berkomentarlah Yang Baik